OH MY LOVER – Slice #12 — IRISH’s Story

Oh My Lover

With EXO’s Byun Baekhyun and OC’s Mizuni Ayumi

Supported by EXO and VIXX Members, with OCs

A fantasy, romance, and slice of life story rated by PG-17 in chapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2016 IRISH Art&Story All Rights Reserved

“Kau tahu, aku akan selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Termasuk tentang kau, Mizuni.”

Previous Chapter

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10 || Chapter 11

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author’s Eyes…

Dengan perasaan kacau Yumi turun dari bus ke empat yang Ia naiki untuk sampai ke apertemennya, sesampainya di halte yang berada tak jauh dari apertemennya, Yumi tersentak saat melihat motor balap berwarna hitam ada di depan gedung apertemennya, dan senyum muncul diwajah gadis itu saat melihat Baekhyun ada disana.

“Baekhyun-ah!” Yumi melangkah cepat menghampiri pemuda itu, dan saat Baekhyun menoleh, Yumi bernafas lega saat merasa ketakutan seperti biasanya.

“Kau dari mana saja?” tanya Baekhyun saat Yumi sudah sampai dihadapannya

“Ah, aku tadi sedikit berjalan-jalan. Apa kau sudah lama disini?” sejenak, Yumi kehilangan semua ketakutan yang tadinya Ia rasakan karena bertemu dengan Sehun, dan gadis itu merasa sangat lega saat melihat Baekhyun.

“Oh, aku sudah duduk disini setengah jam lebih.”

“Ah, mianhae…” ucap Yumi pelan

Baekhyun meletakkan sebuah ponsel ditangan Yumi, membuat gadis itu menyernyit bingung.

“Eh? Apa ini?” tanyanya

“Ponsel. Noona ku merusak ponselmu kan? Dan waktu itu juga kau hanya meminjam ponsel Minhee.”

“Keundae… Ponsel ini…”

“Sebenarnya aku sudah membelinya sejak lama, tapi kau sangat menyebalkan jadi aku tidak memberikannya padamu saat itu.”

“Jinjjayo?” Yumi membulatkan matanya

Baekhyun mengangguk. Dan hal itu membuat Yumi tersenyum.

“Jadi ini untukku?” tanya Yumi

“Hmm, sama persis seperti ponsel lamamu kan?”

“Oh, dan sama seperti ponselmu. Ini seperti couple-phone saja.” ucap Yumi membuat Baekhyun teringat pada ucapan Chanyeol beberapa waktu lalu saat melihat ponsel itu.

Baekhyun akhirnya tersenyum dan menggeleng-geleng pelan, heran juga kenapa Chanyeol punya pemikiran yang sama dengan gadis dihadapannya ini.

“Keundae, Mizuni,”

“Nde?” Yumi kini memandang gadis itu

“Bagaimana kalau hari ini kita berkencan?”

“Eh?” Yumi mengerjap-ngerjap beberapa kali

“Kau tidak mau?” tanya Baekhyun

“A-Ah, itu…”

“Kau benar-benar tidak mau?” ucap Baekhyun tak percaya

“Tapi aku…”

“Ige mwoya… Kau takut Haekyeon melihatmu?”

“Eh? Bukan itu…”

“Lalu?”

Yumi merengut, bukan masalah Haekyeon yang Ia pikirkan, tapi masalah lain yang selama ini membuatnya menghindari semua ajakan kencan.

“Arraseo, ayo kita berkencan.” ucap Yumi akhirnya membuat Baekhyun tersenyum.

“Bagus. Jam berapa kita berangkat?”

“Kau mau menunggu dulu? Aku akan berdandan dengan cantik.”

Baekhyun mengangguk.

“Oh, aku akan menunggumu disini.”

“Eh? Disini?”

“Lalu dimana?” ucap Baekhyun

“A-Ah, aku baru saja mau mengajakmu masuk, jadi kau bisa menunggu di ruang tamu apertemenku.” ucap Yumi

Baekhyun tertawa pelan.

“Aku heran kenapa kau berpikiran sangat polos.”

“Nde?”

“Mengundang seorang pemuda masuk ke apertemenmu. Kau tidak takut akan terjadi sesuatu?”

“Ya!” Yumi memukul lengan pemuda itu dengan penuh kekesalan

“Atau kau ingin kita jadi seperti Minhee dan Chanyeol?”

“Byeontae!” umpat Yumi kesal

“Aku hanya bercanda, aku bukan pemuda yang akan melakukan hal seperti Chanyeol sebelum kau lulus kuliah.”

“Eh?” Yumi kini menyernyit

Baekhyun dengan gemas mengacak-acak rambut gadis itu.

“Lupakan saja. Kajja, aku ingin tahu seperti apa tempat tinggalmu.” ucap Baekhyun sembari turun dari motornya dan merangkul bahu Yumi.

“Sebenarnya halmeoni pemilik apertemen ini tidak terlalu memperbolehkan kami membawa teman ke dalam apertemen, keundae, hari ini halmeoni keluar sampai malam, jadi semua yang tinggal di apertemen sejak tadi pagi bergiliran membawa teman mereka.”

“Apa aku masuk dalam hitungan teman?” tanya Baekhyun

“Ani, kau bukan temanku. Lagipula… Kita tidak pernah berteman sebelumnya bukan? Tapi hal seperti ini tiba-tiba saja terjadi…” gumam Yumi

Baekhyun mengangguk-angguk.

“Geurae. Kalau saja hari itu kau tidak tahu tentang kami mungkin aku tidak akan mengenalmu.”

Kali ini Yumi yang mengangguk-angguk.

“Berarti hari itu seharusnya jadi hari bersejarah.” ucap Yumi sebelum Ia membuka pintu apertemennya, dan memberi Baekhyun ruang untuk masuk.

“Whoah, ku kira kau gadis yang berantakan, ternyata dugaanku salah.”

“Mwo? Memangnya penampilanku selama ini berantakan?” ucap Yumi kesal

Baekhyun menggeleng pelan. Pemuda itu memandang berkeliling. Tidak banyak benda berserakan di apertemen Yumi, sangat terlihat jika gadis itu sering merapikan apertemennya.

“Kau suka warna peach?” tanya Baekhyun

“Nde? Ah, aku suka warnanya karena terlihat cerah. Kau pasti suka warna hitam bukan?” ucap Yumi membuat Baekhyun tertawa pelan.

“Kau sudah sangat mengerti aku Mizu-chan.”

Yumi tersenyum tanpa sadar, gadis itu kemudian melangkah ke arah wastafel yang ada di depan kamar mandinya. Sementara sekarang Baekhyun berkeliling apertemennya.

Tatapan Baekhyun terhenti pada sebuah foto yang ada di meja belajar Yumi, dan Ia tersenyum melihat Yumi duduk di tengah-tengah dua orang gadis dan dibelakangnya, tampak gadis dan pemuda paruh baya merangkul dua orang itu.

“Ozawa…” gumam pemuda itu pelan, perlahan api kebencian kembali menguasai pemuda itu, tapi melihat gadis yang tersenyum di foto itu, Baekhyun segera memendam kebenciannya.

“Mizu-chan… Kalau aku membunuh Appa mu, apa kau akan membenciku?”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Sehun masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan kacau. Pembicaraannya dengan gadis bernama Dani itu benar-benar membuatnya bertanya-tanya. Ia juga yakin dirumah ini, Baekhyun sudah menunggunya dengan kemarahan.

“Sehun-ah.”

Sehun terhenti. Dan tatapannya bertemu dengan tatapan Baekhyun.

“Ya hyung?”

“Kau dari mana?” tanya Baekhyun

“Ah, aku—”

“Kau tahu, ada yang aneh dengan Mizuni.”

Sehun menyernyit.

“Maksudmu?”

“Ya. Kami pergi berkencan hari ini, tapi dia benar-benar tidak terlihat senang. Apa kau pikir dia tidak suka padaku?”

Mata Sehun melebar.

“Kalian berkencan hari ini?” tanyanya

“Ya. Sore tadi. Keundae, kurasa ada hal yang membuatnya tidak merasa nyaman.”

“Dan dia tidak mengatakannya padamu?”

“Tidak. Dia tidak bicara apapun sampai aku pulang. Apa menurutmu dia menyembunyikan sesuatu dariku?”

Sehun menggeleng pelan.

“Entahlah hyung. Aku juga tidak tahu.”

“Arraseo… Oh, cepatlah ke kamar, Chanyeol sebentar lagi akan mengamuk karena tidak ada darah.” ucap Baekhyun disahuti dengan anggukan pelan oleh Sehun.

“Oh…” ucap pemuda itu sebelum Ia melangkah naik ke lantai dua rumahnya

Sehun kemudian memandang ponselnya, dan menatap diam deretan nomor gadis bernama Dani yang tadi di dapatnya.

“Yumi tidak bicara apapun pada Baekhyun hyung, apa mungkin gadis bernama Dani ini benar?”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Seorang gadis duduk dibawah sebuah pohon, dan angin berhembus membuat rambut pirang menyala milik gadis itu mulai berantakan. Perlahan, gadis itu membuka matanya yang sedari tadi tertutup.

“Abeoji… Benarkah mereka yang sudah membunuhmu?” ucap gadis itu pelan sambil menatap sebuah foto yang selama ini ada didalam dompetnya.

“Keundae Abeoji… Apakah Abeoji juga sudah membunuh banyak orang?” ucapnya lagi, gadis itu menatap ke arah sebuah kelas, dimana Ia bisa melihat dengan jelas seorang gadis dengan rambut tergelung ke atas tengah mencatat.

“Mizuni Ayumi…” ucap gadis itu pelan, Ia tentu bisa melihat asap tipis berwarna hitam yang selama beberapa lama ini selalu ada di dekat Yumi, dan Ia juga tahu siapa pemilik asap hitam itu.

Gadis itu mendesah pelan.

“Aku tidak menemukan apapun dari benak Yumi. Kecuali kenangan tentang kedua kakaknya yang terbunuh karena Abeoji, dan pembicaraannya dengan Abeoji. Keundae… Aku yakin mereka yang membunuh Abeoji…”

Gadis itu kemudian mengambil sebuah bolpoin, dan menekan tombol kecil yang ada di sisi bolpoin itu.

“Aku mungkin terlihat seperti gadis berusia 20 tahun kebanyakan.”

“Tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Tinggi yang juga standar, wajah yang tidak bisa ku sebut sebagai wajah jelek ataupun cantik. Aku juga tidak pintar ataupun bodoh. Tidak juga terlahir dari keluarga kaya ataupun miskin.”

“Biasa saja. Itulah aku yang mereka lihat. Tapi yang sebenarnya? Mereka mungkin melihatku sebagai gadis yang biasa, tapi dibalik topeng biasa ini, sebenarnya ada hal besar yang aku sembunyikan.

“Aku… melihat apa yang seharusnya tidak ku lihat, mendengar apa yang seharusnya tidak ku dengar, dan mengetahui apa yang seharusnya tidak aku ketahui.

“Saat mata orang lain melihat dan menggambarkan hal yang Ia lihat dalam dimensi dan spektrum yang normal, aku bisa melihat lebih dari mereka. Aku bisa mendeskripsikannya secara rinci, mengetahui kelebihan dan kekurangannya dengan jelas.”

“Dan saat seseorang mendengar apa yang orang lain ucapkan dari mulut mereka, aku bisa mendengar apa yang benak mereka katakan. Begitu juga saat seseorang tengah mengatakan kebohongan tentang sebuah kejadian, sebuah visualisasi akan muncul begitu saja dan membuatku mengetahui apa yang seharusnya tidak ku ketahui.

“Aku merasa berdosa karena perbedaanku ini. Saat aku tahu mereka berbohong, mereka berniat buruk, dan semua jenis kejanggalan yang seharusnya tidak terjadi, aku hanya membiarkannya, tidak berbuat apapun…”

Gadis itu menghembuskan nafas berat, sebelum Ia membuka mulutnya.

“Aku tidak menginginkan semua ini… Aku tidak ingin memiliki kelebihan ini… Aku ingin menjadi gadis biasa… tanpa kemampuan apapun.”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Yumi menatap pantulan dirinya di cermin, diam-diam gadis itu mendesah pelan.

“Baekhyun-ah… Kalau kau tahu seperti apa aku, apa kau akan tetap suka padaku?”

Gadis itu menghela nafas panjang, teringat pada kejadian beberapa hari lalu saat mereka memutuskan untuk berkencan disebuah taman ria.

“Oh, Mizu-chan, apa kau suka ice cream?” tanya Baekhyun

“Eh? Waeyo?”

“Aku akan membelikannya untukmu.” ucap Baekhyun tapi sontak membuat Yumi menahan lengan pemuda itu.

“Kenapa?”

“Umm, aku tidak suka ice cream.”

“Ah, benarkah? Ku kira para gadis suka ice cream.”

“Ani, aku tidak suka, sama sekali tidak suka.” ucap Yumi lagi

“Geuraeyo, kalau begitu kajja, kita bermain saja.”

Beberapa lama dua orang itu bermain, sampai Baekhyun sadar jika Yumi kelelahan. Pemuda itu mendudukkan Yumi disebuah kursi, dan menatap gadis itu.

“Kau mau minum apa?” tanya Baekhyun membuat Yumi mengerjap kaget

“Nde?”

“Kau pasti sangat kelelahan, mianhae, aku tidak bisa merasa lelah,” ucap Baekhyun pelan

“A-Ah, gwenchana. Kajja, aku ingin bermain itu.” Yumi menunjuk ke arah permainan yang sebenarnya sudah mereka mainkan tadi.

“Mizuni, istirahatlah dulu.” ucap Baekhyun

“Aish jinjja gwenchana, kajja.”

“Keundae Mizuni…”

“Aku benar-benar tidak haus Baekhyun-ah.”

Dan jadilah, sampai larut malam saat mereka sadar mereka seharusnya pulang, Yumi sama sekali tidak mau makan ataupun minum, dan hal itu menimbulkan pertanyaan besar dibenak Baekhyun.

“Mizu-chan, kau tidak apa-apa?”

“Mwo?”

“Kau sama sekali tidak makan ataupun minum. Apa kau sedang diet?”

“Oh, aku sedang dalam diet ketat.” ucap Yumi sekenanya

“Jinjjayo?”

Yumi tersenyum dan mengangguk.

“Jangan khawatir, aku sudah terbiasa diet seperti ini.”

“Kalau begitu seharusnya aku tidak mengajakmu berkencan hari ini.”

“Kenapa begitu?”

“Karena aku pasti membuatmu sangat kelelahan.”

Yumi bergerak merangkul lengan pemuda itu.

“Jinjja gwenchana, aku sangat senang hari ini, jeongmal gomawo Baekhyun-ah.”

Yumi tersadar dari lamunannya, gadis itu menatap dirinya sekali lagi di cermin, dan akhirnya duduk ditepi tempat tidurnya.

“Haruskah aku bicara pada Baekhyun tentang ini?”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Minhee dan Yumi berdiri kaku di depan sebuah rumah mewah dengan dominasi cat warna putih. Sejenak dua gadis itu sama-sama tercengang melihat rumah yang hampir seperti kastil itu, dan mereka berdiri mematung melihat desYumin rumah itu.

“Aku sekarang ingin pulang.” ucap Minhee

“Kenapa?”

“Kau tidak lihat? Rumah nya saja seperti kastil.” ucap Minhee disahuti dengan anggukan oleh Yumi.

“Chanyeol sunbaenim saja punya rumah seperti ini, bagaimana dengan yang lainnya?” ucap Yumi membuat Minhee menghela nafas kaget

“Aku tidak bisa bayangkan berapa banyak kekayaan yang mereka punya.”

Dua gadis itu sejenak saling melempar pandangan, sampai tiba-tiba mereka dikejutkan oleh terbukanya pintu dihadapan mereka.

“Kang Minhee? Yumi?”

“Kyungsoo sunbaenim?” dua gadis itu sekarang menatap bingung pemuda yang berdiri di depan pintu.

“Ah, apa Chanyeol dan Baekhyun tidak pernah memberitahu kalian?”

“Tentang?” Yumi menatap pemuda itu

“Kami semua tinggal disatu rumah.”

“Maksudnya… Kalian berenam?”

Kyungsoo mengangguk.

“Ya. Kami berenam.”

Sekali lagi dua gadis itu menatap sekeliling, sebelum akhirnya mereka kembali menatap Kyungsoo yang memperhatikan tindakan mereka berdua dengan menahan senyum geli.

“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Kyungsoo

“Ani… Hanya saja…”

“Hmm?” Kyungsoo menunggu dua gadis itu kembali berucap

“Ah lupakan saja, dimana Chanyeol sunbaenim?” ucap Yumi

“Oh, Yumi-ya, kau mencari Chanyeol? Bukankah seharusnya kau mencari Baekhyun?” tanya Kyungsoo berhasil membuat Yumi mengerjap beberapa kali.

“Kalau begitu aku tidak boleh mencari Chanyeol sunbaenim?”

“Dan kau Kang Minhee, apa kau mencari Baekhyun?”

“Nde?” Minhee mengerjap tidak mengerti

Kyungsoo tertawa pelan.

“Kalian berdua benar-benar lucu. Masuklah, Chanyeol ada di ruang tengah, Ia sedang duduk sendirian, kurasa dia sudah tahu kau akan datang, dan Baekhyun ada di kamarnya di lantai dua, persis di depan tangga.”

“Kami hanya mencari Chanyeol.” ucap Yumi

“Aku yakin kau tidak hanya mencari Chanyeol.” ucap Kyungsoo pada Yumi

Yumi merengut kesal, tapi akhirnya dua gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu. Tatapan Minhee langsung tertuju pada Chanyeol yang duduk membelakangi mereka, dan seolah tahu kehadiran dua orang itu, Chanyeol berbalik.

“Oh, Minhee-ah, kau sudah datang?”

Chanyeol menghampiri dua gadis itu, dan tatapannya bersarang pada Yumi.

“Baekhyun ada di dalam kamarnya, kau naik saja dari tangga ini, kamarnya persis di depan tangga.”

“Apa aku bilang aku mencarinya?” tanya Yumi

“Tidak. Tapi dia sudah tahu kau akan kesini.”

“Eh?”

“Ppali, atau kau menunggunya untuk turun dan membuatmu ketakutan dulu?”

“Mwo?”

“Cepatlah Yumi,” ucap Minhee membuat Yumi merengut kesal

“Ige mwoya, malam itu saja kau mencegahku untuk pergi, sekarang kau malah mengusirku, kau sedang balas dendam, Kang Minhee?” ucap Yumi mengundang tawa pelan dari Minhee.

“Ppali…”

Yumi akhirnya mendengus kesal, dan melangkah menaiki tangga panjang yang ada disana. Gadis itu dengan malas mengetuk pintu kamar yang ada persis di depan ujung tangga.

“Baekhyun-ah?”

Tidak ada sahutan. Yumi berdecak kesal. Ia menatap kebawah, dan melihat Chanyeol bersama Minhee sudah tampak sibuk sendiri.

“Mizuni…”

“O-Oh, abeonim…” gadis itu sangat terkejut melihat pemuda paruh baya yang tak lain adalah Appa Baekhyun berdiri tak jauh darinya.

Sejenak Yumi terdiam saat seorang gadis juga muncul.

“Eommonim…” ucap gadis itu pelan, ingatannya akan kenangan yang pernah Baekhyun tunjukkan padanya tiba-tiba saja berputar dengan jelas dibenak gadis itu.

“Ozawa.”

Jantung Yumi terpompa kencang saat dua orang itu menatapnya penuh kebencian.

“B-Baekhyun-ah…”

Yumi terpaku saat Appa Baekhyun melesat ke arahnya, membuat gadis itu bahkan tidak sempat menjerit saat sadar bahwa tubuhnya sudah mendarat dilantai. Sakit. Yumi bisa merasakan rasa sakit menjalari sekujur tubuhnya.

“Ahjussi!”

Yumi tidak bisa mendengar siapa yang berteriak, dan gadis itu memejamkan matanya pasrah saat dari lantai atas, Appa Baekhyun kembali melesat ke arahnya.

SRASH!

Yumi membuka matanya saat tidak merasakan kesakitan apapun lagi. Dan Ia tersentak saat seseorang menyelamatkannya, membiarkan tubuhnya menjadi sasaran kemarahan Appa Baekhyun.

“S-Sehun-ssi…”

Pemuda itu, Oh Sehun, menatap ke arah Yumi sekilas, sebelum Ia berusaha menahan pemuda paruh baya yang masih terbakar oleh emosi itu. Yumi tercekat saat Ia tiba-tiba merasa tercekik, dan saat gadis itu melemparkan pandangannya, Ia sadar Eomma Baekhyun tengah menatapnya.

“Appa! Eomma! Hentikan!”

Yumi terbatuk-batuk saat Ia akhirnya bisa bernafas. Dan sekarang Baekhyun dalam hitungan detik sudah ada di sebelah gadis itu.

“Kalian tidak boleh menyakitinya.”

“Byun Baekhyun! Tidakkah kau tahu siapa dia!?” teriak Eomma Baekhyun

“Aku tahu! Dia anak dari Ozawa yang sudah membunuh kita!”

“Dan… Apa yang sekarang kau lakukan?”

“Eomma… Jangan menyakitinya… Dia tidak tahu apa-apa…”

“Baekhyun!” kali ini Appa pemuda itu angkat bicara

“Appa, aku tahu Appa sangat membenci Mizuni Ozawa. Dan aku juga sangat membencinya karena sudah merusak keluarga kita. Keundae Appa… Aku tidak bisa melukainya. Karena aku… Aku…”

“Ahjussi, Baekhyun menyukai Yumi.” ucap Sehun membuat pemuda paruh baya itu menatap Baekhyun tak percaya.

“Bawa keluar manusia itu sebelum aku membunuhnya.”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩