OH MY LOVER – Slice #11 — IRISH’s Story

Oh My Lover

With EXO’s Byun Baekhyun and OC’s Mizuni Ayumi

Supported by EXO and VIXX Members, with OCs

A fantasy, romance, and slice of life story rated by PG-17 in chapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2016 IRISH Art&Story All Rights Reserved

“Kau tahu, aku akan selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Termasuk tentang kau, Mizuni.”

Previous Chapter

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || Chapter 8 || Chapter 9 || Chapter 10

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author’s Eyes…

Bingung sekaligus takut dirasakan Yumi saat Sehun membawanya ke sebuah komplek pemakaman yang jauh berada dipinggir kota. Tapi melihat langkah Sehun yang sangat tergesa-gesa membuat yeoja itu yakin namja itu serius soal ucapannya, jadi Yumi hanya mengikuti langkah namja itu tanpa bicara apapun.

Langkah Sehun terhenti di depan sebuah area pemakaman kecil yang tampak berbeda. Namja itu kemudian berbalik dan memandang Yumi.

“Sehun-ssi… Sebenarnya apa yang mau kau bicarakan?”

“Sangat mudah membawamu pergi dari keramaian.”

“Nde?” Yumi menatap namja itu tidak mengerti

“Selama ini kau selalu ada disekitar Baekhyun hyung, dan itu sangat mengganggu pandanganku.”

Jantung Yumi terpompa kencang saat sadar jika Sehun tidak membawanya ke tempat ini karena ada sesuatu yang terjadi pada Baekhyun.

“Sehun-ssi…”

“Apa kau pikir keluargamu hanya bersalah karena menghancurkan keluarga Baekhyun hyung?” tanya Sehun membuat Yumi terkesiap.

“Sehun-ssi… Appa ku… Apa Ia juga melakukan hal yang sama padamu?”

Sehun menatap yeoja itu tepat dikedua manik matanya.

“Kau ingin tahu bagaimana Ia melakukannya?”

“Andwae…”

Yeoja itu sudah terhuyung mundur jika saja Sehun tidak dengan cepat menangkap tubuhnya, mencekal Yumi begitu erat, dan tentu saja, yeoja itu terisak.

“Maaf Sehun-ssi… Maafkan apa yang sudah Appa ku lakukan padamu…”

“Kau kira kata maaf bisa menghapus semua kebencianku pada keluargamu?”

Yumi menatap mata namja itu, dan Ia tersentak saat merasakan angin berhembus cukup kencang, dan saat Yumi tersadar, Ia sudah tidak berdiri ditempat yang sama lagi.

“Tahan sedikit nak, tahan sebentar lagi.” seorang wanita paruh baya tampak menangis sambil memeluk lengan putranya yang terbaring lemah di tempat tidur dengan sprei berwarna senada dengan pakaian yang di kenakannya, hijau pucat.

“Eomma… Neomu appo…” rintih namja itu pelan, tangannya mencengram lengan Eommanya, satu tangan yang lain tampak memegangi dadanya, wajah namja itu jelas menunjukkan bagaimana sakit yang Ia tengah rasakan.

Sementara itu, tanpa bisa melakukan apapun, wanita paruh baya itu hanya bisa menangis. Di sisi lain tempat tidur itu, seorang yeoja cantik seusiaan dengan namja itu tampak menutupi wajahnya dengan tissue, sementara bahu gadis itu berguncang hebat, menandakan gadis itu tengah menangis.

“Sehun…” Yumi menatap tidak mengerti pemandangan di depannya, semuanya tampak sangat nyata dalam pandangan Yumi, dan Ia benar-benar tidak mengerti.

Yeoja itu menyernyit saat tiba-tiba saja keadaan di depannya berubah, sekarang Ia sudah berdiri disebuah ruangan, dimana ada dua orang laki-laki paruh baya tengah duduk berhadapan dibatasi oleh meja.

“Jadi bagaimana? Kapan operasinya bisa di lakukan?”

“Secepatnya, donor jantung untuk anakmu sudah datang, dan operasinya bisa di lakukan dalam waktu dua hari Jisook-ah.”

Mendengar ucapan dokter itu, senyum terukir di wajah sosok yang di panggil Jisook oleh dokter itu.

“Terima kasih Ozawa, aku tahu aku bisa mengandalkanmu.” dokter itu hanya tersenyum kaku saat mendapatkan rangkulan dari laki-laki yang seusiaan dengannya itu.

“Appa… Dan dia… Sehun-ssi… Apa dia Abeonim mu?” gumam Yumi lagi

Kini Yumi terkesiap saat Ia sudah berdiri disebuah ruangan VIP rumah sakit. Dan Ia mengenali seorang yeoja yang terbaring lemas di tempat tidur rumah sakit itu.

“Keiko unni…”

“Keiko-ah….”

Gadis yang terbaring pucat itu perlahan membuka matanya, dan tersenyum memandang kedatangan ayahnya, walaupun dimata ayahnya senyum itu sangat menyakitkan.

“Otousan… Tidak sedang sibuk?” tanya gadis itu lemah, berusaha bergerak dan memperbaiki posisinya.

Dengan cepat dokter itu membantu anaknya untuk berpindah posisi, dan kini bersandar pada sebuah bantal.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya dokter itu

“Jauh lebih baik.” jawab gadis itu berusaha terdengar mantap, tapi terdengar begitu memilukan di telinga dokter yang jelas tahu keadaan sebenarnya.

Dokter itu menggenggam lembut tangan putrinya yang terasa sangat rapuh, seolah seluruh bagian tubuh gadis itu bisa hancur kapan saja karena penyakit yang menggerogotinya.

Dan hal itu semakin membuat dokter itu ingin meneriakkan kefrustasiannya. Putrinya membutuhkan jantung itu. Lebih membutuhkan jantung itu daripada anak dari sahabatnya.

Rasa sakit yang di rasakan putrinya jauh lebih menyakitkan daripada yang dirasakan anak sahabatnya, hanya saja putrinya sudah terlalu lelah untuk menyuarakan kesakitannya, terlalu lemah untuk bisa melawan rasa sakitnya. Dan pada akhirnya hanya bisa memejamkan mata, menyernyit menahan rasa sakit.

Seperti yang sekarang di lakukan oleh putrinya.

“Sakitnya datang lagi?” tanya dokter itu

“Ya. Tapi tidak seburuk yang kemarin.” gadis itu lagi-lagi tersenyum. Berusaha menenangkan ayahnya yang sudah tahu benar gadis itu akan menjawab seperti itu.

Tidak seburuk yang kemarin.

Kebohongan yang lagi-lagi di ucapkan gadis itu untuk membuat ayahnya berpikir gadis itu akan baik-baik saja secepatnya.

Tapi keadaan yang sebaliknya lah yang terjadi. Sakit itu semakin menjadi setiap harinya. Semakin menyiksa tubuh gadis itu. Semakin membuat gadis itu tidak sanggup untuk melawan rasa sakitnya.

Tapi gadis itu masih berusaha untuk tersenyum. Berharap senyum itu bisa mengobati rasa sakit yang dipendam ayahnya karena tidak sanggup berbuat apapun untuk mengurangi rasa sakit itu selain dengan menusukkan lebih banyak jarum di tubuh gadis itu, dan memaksa gadis itu menelan lebih banyak lagi obat.

“Apa ada masalah, Otousan?” tanya gadis itu, mengerti jika ayahnya terdiam dalam waktu lama berarti Ia sedang memikirkan masalah.

“Tidak. Tidak ada apapun Keiko-ah. Istirahatlah, ayah akan kembali bekerja, nanti ayah kunjungi setelah makan siang.” ucap ayahnya, tersenyum, dan mengusap puncak kepala gadis itu.

Gadis itu hanya menjawab dengan anggukan lemah.

“Arraseo.”

Yumi terdiam. Ia tidak pernah tahu jika kakaknya punya penyakit seperti ini. Tidak ada satupun dikeluarganya yang pernah membahas masalah ini.

“Bagaimana keadaanmu Keiko-ah?” Yumi tersadar saat Ia tidak lagi berada diwaktu yang sama, walaupun Ia masih berdiri diruangan yang sama.

“Sangat baik.” gadis bernama Keiko itu tersenyum, wajahnya sudah tidak terlihat pucat seperti biasanya, dan hal itu aneh bagi ayahnya.

Ayah yang tidak pernah bisa percaya pada jawaban anaknya.

“Rasa sakitnya datang lagi hari ini?” tanya ayahnya

“Tidak sama sekali.” lagi-lagi jawaban gadis itu membuat ayahnya terperangah.

Namun melihat senyuman yang tidak terlihat menyakitkan seperti senyum gadis itu biasanya, membuat ayahnya perlahan percaya.

“Mungkin aku akan sembuh, atau mungkin ini sudah waktuku. Itulah kenapa Tuhan tidak memberiku rasa sakit lagi.” ucap Keiko dan seketika itu juga membuat ayahnya terpaku.

“Ayah akan segera kembali.” ucap ayahnya setelah beberapa menit terdiam dan hanya memandang kosong pada semua yang dilakukan anak gadisnya disana.

“Jangan lama-lama.” ucap Keiko dan dengan cepat ayahnya langsung melangkah keluar.

Baru saja dokter itu akan menutup pintu, langkahnya terhenti. Dan Ia terpaku saat mendengar nada panjang dan monoton dari detektor detak jantung yang ada di ruangan anaknya.

“Unni!” Yumi berteriak ketakutan

“Dokter! Putri Anda!” ucap salah seorang perawat

Dokter itu langsung menghambur masuk ke dalam ruangan, dan mendapati putrinya menutup matanya, terbaring diam.

“Tidak! Keiko! Sadarlah!” teriak dokter itu tidak percaya

“Siapkan donor jantung itu sekarang!” teriak dokter itu lagi

“A-Apa dok?” perawat disana membelalak tak percaya

“Cepat!”

Perawat manapun masih terlalu terperangah untuk bisa percaya seorang dokter profesional seperti itu sanggup berbuat curang hanya demi putri semata wayangnya.

“Donor pasien bernama Oh Sehun! Berikan pada Keiko sekarang!” teriak dokter itu mempertegas ucapannya.

Dan dengan cepat perawat-perawat disana melangkah pergi, menyiapkan operasi untuk putri gadis itu.

“Jadi… Appa…”

Yumi mulai terbiasa dengan perubahan keadaan tiba-tiba disekitarnya. Ia sekarang berdiri di depan sebuah klinik, dan ada dua orang duduk diruang tunggu.

“Sehun-ssi? Oh, Keiko unni?”

Keiko sesekali melirik kaku ke arah Sehun yang tak jauh di sampingnya, kemudian gadis itu kembali mengalihkan pandangan, memandang diam ke arah pintu di depannya.

Tak lama, Keiko menyernyit, Ia menangkap suara yang aneh dalam pendengarannya. Suara detik jam. Setahunya, tidak ada jam di dekat ruangan ini, dan Ia sendiri juga mengenakan jam digital. Gadis itu juga tidak pernah mendengar suara jam yang keras seperti ini.

Gadis itu bergerak bingung di tempatnya, memandang sekitarnya, berusaha menemukan sumber suara, sampai akhirnya tatapan gadis itu bertumpukkan dengan namja di sampingnya.

Namja itu tadinya mengenakan jaket, tapi sekarang jaket itu di sampirkan di sandaran kursi, menampakkan kaos berwarna putih yang dikenakan namja itu.

Beberapa lama mereka berpandangan, sampai Keiko tersadar, tatapan gadis itu meneliti lengan namja itu, mungkin saja namja itu mengenakan jam dengan suara sekeras itu.

“Kau mendengar suaranya?”

“Nde?” Keiko mengerjap kaget

“Suara tik tok tik tok, seperti bunyi detik pada jam. Kau mendengarnya bukan?” tanya namja itu pada Keiko

Sebagai jawaban, Keiko mengangguk cepat.

“Itu suara jantungku.”

“Apa?” Keiko tersentak, sejak kapan jantung bisa bersuara seperti itu?

“Sejak ada yang di sebut dengan jantung mekanik.” Keiko segera menutup mulutnya. Ia tentu saja tidak secara sengaja menyuarakan pikirannya.

“B-Benarkah?” Keiko membulatkan matanya tak percaya

“Ya. Kau tidak pernah mendengarnya?” tanya namja itu

“Tidak pernah. Appa bahkan tidak pernah memberitahuku tentang hal itu.”

“Appa mu?” namja itu sedikit memiringkan kepalanya

“Ya. Appa ku adalah dokter spesialis jantung di rumah sakit ini.” ucap Keiko

Sudut bibir namja itu terangkat sedikit.

“Lalu apa yang kau lakukan disini? Menunggu Appa mu?” tanya namja itu

“Ani. Aku check up.” ucap Keiko

Sudut bibir namja itu semakin terangkat membentuk senyuman. Bukan senyuman yang manis, lebih ke arah senyuman heran.

“Ayahmu seorang spesialis jantung dan anaknya punya kelainan pada jantung?” tanya namja itu heran

“Bukan kelainan. Oh. Memang aku menderita sumbatan pada jantung, tapi aku sudah sembuh. Dua bulan lalu aku sudah operasi.” ucap Keiko

“Dua bulan lalu?” senyum di wajah namja itu perlahan hilang, bergantikan dengan ekspresi serius.

“Ya. Dua bulan lalu Ayah mendapatkan donor untukku.” ucap Keiko, tersenyum.

Namja itu terdiam. Memandang gadis di depannya baik-baik. Walaupun ada beberapa perbedaan, tapi cara bicara gadis itu dan senyum gadis itu benar-benar mengingatkan nya pada orang yang Ia kenal.

“Dokter Ozawa? Diakah Ayahmu?” ucap namja itu

Keiko membulatkan matanya kaget.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Keiko

“Kalian sangat mirip.” ucap namja itu sekenanya, pikiran namja itu berkecamuk pada hal yang baru saja Ia dengar dari gadis di depannya.

Operasi dua bulan lalu? Ayahnya mendapatkan donor dua bulan lalu? Kenapa timingnya sangat berdekatan?

Bagaimana mungkin jantung yang seharusnya jadi milik Sehun tiba-tiba di nyatakan sebagai jantung bermasalah? Oh ayolah. Mungkin dua bulan lalu namja itu memang tidak berpikir begitu panjang. Tapi sekarang? Saat Ia berhadapan dengan sosok yang dua bulan lalu pasti sama-sama membutuhkan jantung seperti dirinya?

Dan mendapati fakta bahwa orang itu adalah anak dari dokter yang berniat menolongnya?

“Kalau boleh aku tahu, siapa namamu?” ucap namja itu akhirnya

“Mizuni Keiko.” ucap Keiko masih dengan senyum di wajahnya

“Keiko. Aku tidak akan pernah lupa padamu.”

Perlahan, Yumi mulai sadar dan mengerti keadaan di depannya. Yeoja itu mengerjap cepat, dan tersadar jika dihadapannya sekarang sudah berdiri namja yang tadi memberinya visualisasi kenangan itu.

“Sehun-ssi…”

“Aku memang baru mati beberapa tahun, tapi aku sangat ingat kenangan menyakitkan yang Appa mu ciptakan untuk keluargaku.”

“Keundae, Sehun-ssi…”

“Dua saudaramu… Aku sangat senang mereka terbunuh oleh pemilik Han Company. Jadi aku tidak harus mengotori tanganku dengan membunuh mereka.”

“S-Sehun-ssi…” suara Yumi bergetar menahan tangis

“Pertama kali aku melihatmu di stasiun, aku tidak ingat jika kau sangat persis dengan yeoja itu, yeoja yang merebut kehidupanku. Tapi saat aku tahu namamu, dan ketika aku ingat Baekhyun hyung punya dendam yang sama denganku, aku kira Ia akan melenyapkanmu malam itu.” Sehun kini melangkah mendekati yeoja itu

Sementara Yumi terhuyung mundur, Ia ketakutan melihat Sehun yang berangsur-angsur berubah. Mata namja itu berwarna merah gelap, dengan garis keperakan disekitarnya. Dan gigi namja itu juga berubah, terlihat dengan bagaimana sekarang sepasang taring namja itu begitu menonjol.

“Sayang sekali kau tidak tinggal dengan kedua orang tuamu, seharusnya aku bisa melenyapkan mereka juga.” ucap Sehun saat Ia mencekal lengan yeoja itu

“Sehun-ssi… Andwae…”

“Dan aku heran kenapa Baekhyun hyung membiarkanmu hidup, dan bahkan jatuh cinta padamu. Aku rasa aku akan merasa bersalah padanya jika Ia tahu aku yang membunuhmu. Tapi jika aku tidak membunuhmu, sampai kapanpun aku tidak akan terbebas dari dendam ini. Dendam yang membuatku selama ini jadi pembunuh.”

Sehun mengeluarkan sebuah pisau dari dalam saku jaketnya, dan hal itu semakin membuat Yumi gemetar ketakutan.

“Oh Sehun, hentikan!”

Sehun melemparkan pandangannya saat seseorang menghentikan tindakannya. Seorang yeoja berambut hitam dengan highlight merah muda menyala berdiri dengan nafas terengah-engah tak jauh dari mereka.

“Kau…” sudut bibir namja itu terangkat sedikit, teringat jika yeoja itu adalah yeoja yang beberapa hari lalu Ia lihat di cafetaria universitas.

“Kau akan menyesal jika kau melukainya.” ucap yeoja itu

Sehun melepaskan cekalannya pada Yumi, dan menatap yeoja itu.

“Siapa kau huh?” ucap namja itu dingin

Yumi menoleh, dan dengan suara bergetar hebat yeoja itu bicara.

“Daniel…”

Daniel? Sehun yakin Ia pernah mendengar nama itu. Yeoja yang terkenal sebagai pembuat masalah di universitas. Yeoja yang dikatakan memiliki kelebihan yang membuatnya selalu terbebas dari masalah apapun di universitas.

Yeoja itu kemudian melangkah mendekati dua orang yang tadinya berada dalam suasana mencekam itu. Ia menarik lengan Sehun perlahan, membuat namja itu kini menatapnya penuh kebencian.

Sejenak, yeoja itu menyernyit saat melihat sosok Sehun, tapi kemudian Ia bergerak mencekal kedua tangan Sehun.

“Ayumi, lari.” ucap yeoja itu

“M-Mwo?”

“Lari!” bentak yeoja itu dan tidak menunggu lama, Yumi berlari dari tempat itu.

Sementara Sehun tertawa kasar.

“Kau pikir aku tidak bisa menangkapnya dalam hitungan detik?”

“Aku tahu kau tidak akan mengejarnya sekarang, pikiranmu pasti bertanya-tanya tentangku bukan?” ucap yeoja itu membuat Sehun mengerjap cepat.

“Kau…”

“Oh Sehun… Jika kau melukainya, kau akan menyesal karena kau melukai orang yang salah.”

“Apa yang kau tahu huh? Kau tidak tahu apapun tentangku.”

“Ada orang lain yang seharusnya lebih kau benci. Orang yang membunuh adikmu setelah kepergianmu. Orang yang membunuh kedua orang tuamu, membakar mereka bersamaan dengan rumahmu. Orang yang kau pikir adalah Mizuni Ozawa saat kau terbangun sebagai makhluk immortal.”

“Apa yang sedang kau bicarakan?” ucap Sehun dingin

“Mizuni Ozawa memang salah karena mengambil donor jantung itu darimu. Tapi bukan salahnya saat donor baru itu tidak cocok dengan tubuhmu dan akhirnya membuatmu terbunuh.

“Ia juga tidak salah saat adikmu, keluargamu, terbunuh dan dibakar di satu malam saat musim panas. Dan dihari selanjutnya kau terbangun, melihat Mizuni Ozawa ada dirumahmu yang sudah hangus, dan kau—”

“Aku menuduhnya ada dibalik semua kejahatan ini.” ucap Sehun, namja itu menatap yeoja yang sekarang berdiri dihadapannya itu.

“Bagaimana kau tahu semua itu?”

Yeoja itu tersenyum.

“Mizuni Ayumi memang terlahir sebagai yeoja yang tidak tahu apapun. Ia tidak pernah tahu jika kedua orang tuanya meninggalkannya sendirian di Seoul untuk menghindari semua kejahatan yang pernah mereka lakukan. Dan yeoja itu bahkan tidak tahu bahwa banyak orang mengincar nyawanya.”

“Apa mungkin kau…”

“Aku memang membenci yeoja itu. Karena Appa nya juga membuat keluargaku terbunuh. Tapi aku tahu, tidak ada sedikitpun bagian dari kedua orang tuanya yang terlahir bersama yeoja itu. Dan mengetahui bagaimana pemikirannya, bagaimana Ia memikirkan tentang orang-orang disekitarnya tanpa tahu bahwa banyak orang ingin membunuhnya, melenyapkannya…

“Bukankah Ia pantas untuk di lindungi?”

“Hah. Melindunginya setelah mengetahui apa yang keluarganya lakukan?” ucap Sehun, menyentakkan lengan yeoja itu dengan kasar.

“Kedua orang tua sahabat yeoja itu bahkan terbunuh karena Ayah Yumi. Aku tahu yeoja itu, Kang Minhee, sangat membenci Yumi, malah sering mencelakakan Yumi, tapi Yumi tidak pernah sedikitpun membenci yeoja itu.

“Bahkan setelah kau membuatnya ketakutan seperti tadi, Ia tidak membencimu. Ia bahkan… merasa Ia seharusnya menebus kesalahan Appa nya.”

“Kalau begitu Ia seharusnya mati bukan?”

Yeoja itu menggeleng pelan.

“Bukan yeoja itu yang seharusnya mati, tapi orang yang membuat Appa nya bertindak seperti itu.”

“M-Maksudmu?”

“Orang yang seharusnya kau benci, orang yang seharusnya ingin kau bunuh, adalah orang yang sekarang sudah ada di dekat Yumi.”

“Apa kau sedang bicara bahwa ayah yeoja itu…”

“Benar. Dia juga pasti bekerja untuk seseorang bukan? Dan orang itu… sekarang sudah ada di dekat Yumi, berencana menggunakan yeoja itu sebagai ancaman, dan kurasa… besar kemungkinannya Yumi akan terbunuh.” yeoja itu menarik dan menghembuskan nafas perlahan.

“Sehun-ssi… Kau tahu bagaimana sahabatmu sangat menyukai Yumi?”

“Tapi yeoja itu…”

“Jika saat nya sudah tiba, kau pasti akan tahu siapa yang seharusnya kau bunuh. Tapi yang jelas, Mizuni Ayumi bukanlah orang yang harus kau bunuh.”

Sehun akhirnya menatap yeoja itu.

“Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana kau tahu semua ini, Daniel?”

“Aku lebih suka jika dipanggil Dani. Sejak kematian keluargaku, dan aku jadi satu-satunya yang selamat, kurasa aku jadi sedikit berbeda. Aku bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa, mendengar apa yang orang lain tidak dengar, dan mengetahui apa yang seharusnya tidak ku ketahui.”

Sehun terdiam beberapa saat.

“Tapi kau manusia bukan?”

“Ya. Aku manusia. Kau bisa mendengar degup jantungku dan bahkan melihat darahku kan?”

Sehun mengerjap beberapa kali, membuatnya berubah menjadi sosok manusianya.

“Apa kau—”

“Aku akan menolongmu, menolong kalian semua. Dan aku juga tidak akan bicara apapun pada siapapun tentang kalian.” ucap Dani memotong perkataan Sehun

Sehun tersenyum, samar.

“Bisakah aku mempercayaimu?”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩