DREAM – Slice #8 — IRISH`s Story

D R E A M

With EXO’s Byun Baekhyun and OC’s Lee Hyerin

Supported by EXO Members and OC

A fantasy, supranatural, school-life, romance, slight!mystery story rated by PG-16 in chapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2016 IRISH Art&Story All Rights Reserved

---

“Dream? You’re just like a dream for me.”

---

Previous Chapter

Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3 || Chapter 4 || Chapter 5 || Chapter 6 || Chapter 7 || [NOW] Chapter 8

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Baekhyun`s Eyes…

“Hey Baekhyun, Jungha. Hyerin sudah bangun,” ucapan Suho dengan cepat langsung mengusik perhatian kami.

Aku dan Jungha langsung bergegas melangkah ke Ruang Kesehatan, dan melihat Hyerin sudah duduk di tepi tempat tidur, dia masih tampak seperti tadi, tapi kurasa dia sudah agak lebih baik, karena dia tidak berbaring di tempat tidur lagi.

Hyerin menyernyit saat ia memandang ke arah jam yang ada di dinding Ruang Kesehatan. Apa yang ia pikirkan?

“Waktu di sini dan di bumi berbeda dua belas jam Hyerin. Di bumi sekarang sudah jam sepuluh malam. Apa kau mau menunggu sampai pagi dulu?” tanya Jungha dan langsung di jawab dengan gelengan oleh Hyerin.

Gadis itu berpikir dengan sangat cepat.

“Tidak. Kalian mau bicara pada Kyungsoo kan? Kyungsoo biasanya ada di tikungan itu di jam-jam ini.” ucap Hyerin.

“Benarkah? Waktu itu aku pernah melihatmu di tikungan saat malam hari, tapi aku tidak melihat Kyungsoo.” ucapku cepat.

Hyerin memandangku, menyernyit.

“Penguntit.” ucapnya ringan membuat Jungha tergelak.

“Kita sudah tahu siapa yang jadi tukang menguntit di antara kita kan?” ucap Jungha padaku.

Hyerin memandang kami berdua sekilas, tapi ia kemudian bergerak turun dari tempat tidur, tentu saja dia tidak ambil pusing dengan perdebatan kecil di antara aku dan Jungha.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku menunggu di gerbang utama saat Junghalah yang di izinkan untuk mengawasi langkah Hyerin. Tentu saja, tidak ada satupun manusia yang boleh tahu bagaimana cara masuk dan keluar kami dari Akademi. Itulah kenapa mata Hyerin harus tertutup.

Aku yang membawa Hyerin kesini, dan tentu saja Jungha yang harus membawanya keluar dari Akademi.

“Ayo berangkat,” ucapan Jungha berhasil membuatku tersadar dari lamunanku. Di samping Jungha, Hyerin sudah berdiri, gadis itu tampak sama sekali tidak berminat memperhatikan sekitarnya, padahal dia tidak berada di tempat yang terlihat manusia.

“Pejamkan matamu Hyerin,” ucapku dan ia langsung menurutiku.

Kami tiba di persimpangan jalan tempat biasanya aku melihat Hyerin, dan seperti yang gadis itu katakan, Kyungsoo, targetku, ada disana.

“Ayo cepat temui dia, aku akan menemui targetku.” ucap Jungha.

“Kita bertemu di gerbang masuk 30 menit lagi,” kataku mengingatkan.

Jungha menjawabku dengan anggukan singkat, kemudian Jungha langsung melangkah pergi.

“Kajja,” ucapku pada Hyerin.

Dia mengikutiku tanpa bicara apapun. Dan aku langsung melangkah cepat mendekati Kyungsoo.

“Do Kyungsoo.”

“Untuk apa kau menemuiku lagi? Aku tidak akan mengubah keputusanku.”

Aku tersenyum tipis. Pemuda ini belum tahu keadaannya.

“Kyungsoo, aku mau menjelaska—”

“Kyungsoo-ah, ikutlah dengan mereka.” ucapan Hyerin langsung memotongku dengan cepat.

Bukan hanya aku yang kaget karena Hyerin bicara tiba-tiba, tapi Kyungsoo juga. Tampaknya dia tidak menyadari kehadiran Hyerin.

“Hyerin? Kenapa kau… bersama… dia?” ucap Kyungsoo tergeragap.

“Dia sudah ke Akademi, dan aku menjelajahi ingatan nya.” Ucapku.

“Kyungsoo-ah, tidak ada gunanya kau terus disini. Aku rasa… kau seharusnya bersama orang-orang yang sama denganmu.” ucap Hyerin.

“Hyerin. Kau tidak mengerti.” ucap Kyungsoo marah.

“Aku mengerti. Dan aku masih mengingat dengan jelas apa yang terjadi di hari itu. Dan ada… hal yang kau tidak tahu,” ucap Hyerin.

Aku dengan cepat langsung menyentuh punggung tangan Kyungsoo, membuatnya melihat visualisasi ingatan Hyerin yang akan membuatnya bisa beruba—

“Kojimal…”

“Apa aku terlihat berbohong?” ucapku padanya.

“Tidak mungkin.” Kyungsoo segera mengalihkan tangan ku, dan menatap aku juga Hyerin bergiliran.

“Apa kau pikir aku akan berbohong Kyungsoo?” tanya Hyerin.

Kyungsoo diam. Aku yakin dia tidak bisa untuk tidak percaya pada Hyerin. Hyerin punya kepribadian yang sangat kuat. Dan saat Ia bicara tentang kebenaran, Hyerin benar-benar akan jujur.

“Keundae… kenapa kau baru mengatakan nya sekarang Hyerin-ah?” tanya Kyungsoo, ada nada sedih dalam suaranya.

“Aku juga tidak paham dengan maksud perkataan itu, sampai hari ini, aku baru mengerti. Mianhae… Jeongmal mianhae…”

Kyungsoo terdiam. Beberapa lama mereka beradu pandang, sampai akhirnya Kyungsoo menghela nafas pasrah.

“Aku bukan nya percaya padamu. Aku percaya pada Hyerin, sama seperti kepercayaanku pada Seolmi,” ucap Kyungsoo dan berarti dia akan ikut denganku.

“Kau tidak akan menyesali pilihanmu,” ucapku.

“Kapan aku harus kesana?” tanya Kyungsoo.

“Aku dan Jungha akan kembali ke Akademi besok. Kami bisa menjemputmu beberapa hari lagi jika kau mau.”

“Tidak perlu. Aku akan ikut dengan kalian.” ucapnya, lalu ia memandang Hyerin.

“Jaga dirimu baik-baik jika aku tidak ada disini,” ucap Kyungsoo membuat kepribadian kasar Hyerin kembali muncul.

Gadis itu tertawa sinis, lalu memutar bola matanya.

“Aku bahkan bisa menjaga diriku walaupun kau ada disini.” kata Hyerin.

Kyungsoo hanya menyahutinya dengan tawa pelan.

“Aku akan bersiap-siap.” ucap Kyungsoo sambil mulai melangkah pergi.

Aku bisa sadar Hyerin memandang pemuda itu, seolah berpikir…

“Glossopshyra…”

…aku tidak bisa menghadapinya sendirian lagi? Aku harus bagaimana? Hahh… Semua ini begitu memusingkan…

Hyerin menghela nafas panjang, membuatku sadar, dia tidak serius soal ucapannya pada Kyungsoo.

“Neo gwenchana?” tanyaku.

“Gwenchana. Kembalilah ke sana.” ucap Hyerin.

Aku mengangguk pelan, lalu aku kembali bicara.

“Akan ada upacara perpisahan besok, kau tidak akan membolos upacara kan?” tanyaku membuat Hyerin menyernyit.

“Memangnya kapan aku membolos upacara?” ucapnya.

“Berarti kau akan datang?” tanyaku.

Hyerin menjawabku dengan anggukan.

“Apakah kalian akan kembali lagi?” tanyanya.

Aku menggeleng pelan.

“Tidak, kami tidak akan kembali lagi. Kedatangan kami ke sekolahmu hanya ujian saja. Untuk membawa target kami ke Akademi,” ucapku.

“Jadi Kyungsoo juga tidak akan kembali?”

Ah, gadis ini masih khawatir soal Kyungsoo. Dari pemikiran nya tadi.

“Tidak, dia tidak akan kembali,”

Aku sadar reaksi Hyerin berubah. Dia tampak… sedih dan kecewa.

“Arraseo. Sudah, kembalilah ke Akademi mu,” ucap Hyerin sambil mulai melangkah pergi.

Tanpa bisa ku tahan, aku menarik lengan Hyerin, membuatnya terhenti berbalik dengan tiba-tiba.

“Neo mwohaneungeoya?” ucapnya dengan nada kesal.

Aku mengecup pipi Hyerin cepat. Membuatnya semakin terperangah.

“N-Neo…”

“Kau sudah tahu jika aku menyukaimu kan?” kataku semakin membuat Hyerin mematung tak percaya.

“Gomawo,” kataku lembut, melepaskan cekalanku di lengan Hyerin, dan berjalan mundur menjauhinya

Hyerin berdiri mematung di tempatnya.

“Sampai jumpa, Hyerin,” kataku sambil kemudian melangkah dengan cepat, tidak ingin Hyerin berteriak marah karena tindakanku, ataupun melihat reaksinya karena tindakanku.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Jungha’s Eyes…

Aku tidak begitu tahu tentang targetku, tapi yang jelas, aku tahu dia tinggal sendirian di sebuah rumah sewa kecil dekat sekolah kami. Aku mendengarnya dari pikiran beberapa anak di kelas kami beberapa hari lalu.

Dan sekarang, aku berdiri diam di depan rumah sewa yang aku yakin di tempati oleh targetku. Aku ingin memastikan jika dia ada di dalam rumah, tapi kemampuanku yang tidak bisa bekerja padanya, membuatku sekarang tidak yakin jika aku akan berhasil menemukan pikirannya.

Entah kekuatan apa yang dimiliki pemuda itu dan membuat pikiran nya tidak bisa ku ketahui. Kurasa itu adalah kemampuannya, atau mungkin memang kemampuanku yang sudah berkurang.

Aku tidak ingin memikirkan tentang opsi kedua, jadi aku akan berpegang pada opsi pertamaku. Itu adalah kemampuan nya.

“Sudah sepuluh menit kau berdiri disini. Apa tujuanmu?”

Aku berbalik, dan terkesiap saat nyatanya Chanyeol sudah berdiri di belakangku. Pemuda ini sangat sering muncul secara tiba-tiba, bicara tiba-tiba, membuatku kaget setengah mati karena kehadirannya.

Dan sekarang, dia tahu jika aku sudah ada disini sejak tadi?

“Ada yang harus aku bicarakan denganmu.” kataku.

“Bicara soal apa? Bukankah sudah ku katakan bahwa aku tidak akan ikut dengan kalian?” ucapnya cepat

“Lee Hyerin. Karena dia kan kau tidak mau ikut?” ucapku.

Chanyeol memandangku. Dan membuatku yakin bahwa spekulasiku benar.

“Tidak.” ucapnya cepat.

“Kojimal! Aku melihatmu di dalam ingatan nya. Dia pernah menyelamatkan hidupmu. Dan dia adalah alasanmu tidak mau ikut dengan kami,” ucapku.

“Chronopshyra. Kau gunakan alat itu?” ucap Chanyeol kembali membuatku terperangah. Pemuda ini tahu banyak hal tentang kami!

“Ya. Aku menggunakan alat itu,” ucapku.

Chanyeol tersenyum samar.

“Kau bisa menggunakan alat itu untuk melihat ingatan nya, tapi kau tidak bisa menemukan alasanku,” ucapnya membuatku berdecak kesal.

“Ya! Kau pikir aku bodoh huh? Tentu saja aku tahu apa alasanmu. Karena kau berhutang nyawa padanya kan? Karena Hyerin harus kehilangan orang-orang yang ia sayang setelah menolongmu. Iya kan?”

Chanyeol tampak terkesiap.

“B-Bagaimana kau—”

“Aku tahu, karena kau lah satu-satunya Aviopshyra yang di serang oleh Mutan di dalam ingatan Hyerin. Dan dalam ingatan Hyerin, aku bisa tahu jika Aviatopshyra lah yang membunuh Eomma nya.”

Kali ini Chanyeol bungkam. Sudah jelas aku benar soal tebakanku. Aku selalu pintar dalam menganalisis keadaan seperti ini. Dan sekarang aku yakin spekulasiku 90% benar.

“Aku selalu takut Hyerin sadar akan keberadaanku, aku takut dia mengingatku… Aku takut… dia tahu… jika Eomma nya terbunuh karena aku. Itulah kenapa aku harus menjaganya disini. Karena aku… dia jadi kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya,” ucap Chanyeol.

“Kenapa kau berpikir begitu pendek? Tidakkah kau pikir jika Aviatopshyra itu akan punya kemampuan terlatih? Kau pikir kemampuanmu yang tidak terlatih akan bisa membuatmu berhasil melindungi Hyerin? Apa kau tidak tahu… mereka mengincar Hyerin.”

“M-Maksudmu?”

“Di dalam ingatan Hyerin, dia pernah beberapa kali bertemu dengan sosok yang membunuh Eomma nya. Apa kau masih tidak mau untuk ikut bersama kami?” ucapku membuat Chanyeol sekarang tampak berpikir.

Sekali lagi aku berusaha masuk ke dalam dinding pikiran nya, dan sekali lagi, aku tersentak karena fakta bahwa dinding pikiran pemuda ini begitu kuat. Entah benteng apa yang Ia bangun di dalam pikiran nya dan sama sekali tidak mengizinkanku sedikitpun mengintip ke dalam benaknya.

“Apa kau tidak sedang berbohong padaku?” tanya Chanyeol.

“Tidak Chanyeol-ssi.” kataku pasti.

Pemuda itu kembali berpikir, kemudian Ia memandangku.

“Baiklah, aku akan ikut.”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku tidak mengerti jika absen selama dua hari akan menjadi masalah bagi Hyerin. Walaupun aku tidak begitu yakin. Tapi rasanya gadis itu mendapat masalah. Terbukti dengan bagaimana tas nya bisa ada di kelas, tapi gadis itu tidak muncul sejak satu jam yang lalu. Dan tidak ikut saat upacara perpisahan.

Baekhyun juga sepertinya berpikiran sama denganku. Dia sudah duduk di depan kelas selama satu jam lebih. Dan terus memandang secara intens ke arah kiri dan kanan koridor kelas.

Berharap Hyerin akan muncul di ujung salah satu koridor itu, tapi sampai detik ini gadis itu belum juga muncul. Dari pikiran anak-anak di kelas, tidak ada satupun dari mereka yang begitu menganggap ketidak adaan Hyerin di kelas. Mereka sudah terbiasa menganggap Hyerin tidak ada.

Itu dia!

“Hyerin!”

Aku segera tersentak oleh pikiran Baekhyun. Terutama karena Baekhyun langsung terlonjak dan melangkah cepat ke arah salah satu koridor.

Baiklah. Hyerin sudah kembali, jadi aku tidak perlu khawa—

…melihatnya tersenyum seperti itu sekarang membuatku semakin terluka…

Aku terkesiap. Pikiran Hyerin. Apa masalah benar-benar terjadi padanya?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Hyerin’s Eyes…

Aku melangkah masuk ke dalam ruang kepala sekolah saat pagi ini aku datang dan langsung mendapatkan panggilan ke ruang kepala sekolah. Kurasa aku sudah tahu apa yang akan terjadi. Sesuatu yang sudah aku perkirakan akan terjadi sejak beberapa waktu yang lalu.

Jadi, saat aku masuk ke ruang kepala sekolah, tidak ada sedikitpun rasa takut, ataupun kecewa di dalam benakku. Aku sudah tahu hal ini akan terjadi.

Aku duduk di depan kepala sekolah, menunggu ia bicara.

“Lee Hyerin,” ia memulai.

“Nde seongsaengnim?”

“Aku benar-benar minta maaf… Ketua Yayasan sudah tidak bisa melanjutkan beasiswamu lagi… Kau sudah tahu kan persyaratan agar beasiswamu terus bisa di lanjutkan?”

Aku mengangguk.

“Tetap ada di rangking pertama dengan nilai sempurna, mianhae seongsaengnim, aku tidak bisa mempertahankan nilaiku,”

Kepala sekolah diam. Membuatku memandangnya, dan tahu, ia adalah satu di antara beberapa orang baik yang masih memikirkan nasibku.

“Apa terjadi sesuatu di antara kau dan anak pemilik Yayasan?” tanyanya.

Aku menggeleng.

“Tidak ada seongsaengnim,”

Kepala sekolah menghela nafas panjang.

“Kau bisa meminta surat pengunduran diri di Administrasi Hyerin… Mengundurkan diri dari sekolah akan membuka sedikit celah untukmu jika kau mau masuk ke sekolah lain,” ucapnya membuatku tahu apa yang sedang Ia bicarakan.

Aku di keluarkan.

“Bagaimana jika aku tidak meminta surat pengunduran diri?” tanyaku.

“Kau… akan di keluarkan. Tolong nak, lebih baik bagimu jika kau mengundurkan diri. Prestasimu akan jadi pertimbangan yang sangat bagus jika kau mau masuk di sekolah lain,” ucapnya.

Aku berdiri, lalu membungkukkan badanku.

“Aku akan minta surat pengunduran diri, gomapseumnida… seongsaengnim.”

Aku melangkah pelan ke pintu, berusaha agar langkahku tidak membuatku terjatuh, atau gemetar.

“Hyerin,”

“Nde seongsaengnim?” ucapku sambil berbalik.

“Pertahankan prestasimu… Aku yakin kau akan dapat sekolah yang lebih baik…”

Aku tersenyum dan mengangguk.

“Jeongmal gomapseumnida seongsaengnim…” ucapku.

Aku melangkah keluar ruangan kepala sekolah, dan berjalan dengan cepat ke ruang Administrasi. Tidak ingin siapapun melihatku masuk ke ruangan ini. Aku tidak ingin satu orangpun tahu jika aku dikeluarkan hari ini. Akan lebih baik bagiku jika aku tidak lagi muncul di hadapan mereka, jadi aku tidak akan mendengar perkataan apapun yang mereka lontarkan.

Entah berapa lama aku menunggu di ruang administrasi, sampai surat pengunduran diriku keluar. Aku memandang kertas pengunduran diriku dengan lemas, jujur, aku sangat tidak ingin keluar dari sekolah ini, tapi aku tidak punya pilihan.

Mengalah pada Sunmi adalah hal yang sangat tidak akan aku lakukan.

“Hyerin… Jangan terlalu kecewa. Kau anak yang sangat pintar, akan ada banyak sekolah yang mau menerimamu,” ucap salah seorang seongsaengnim di ruangan itu.

“Nde, gomapseumnida seongsaengnim…” ucapku.

Aku melangkah keluar ruang administrasi, melipat surat pengunduran diriku menjadi empat lipatan kecil dan menyelipkan nya di saku kemejaku.

Aku berjalan pelan ke arah kelas. Ingin sekali aku pulang, tapi aku tidak mungkin berani pulang dengan membawa dua kabar menyedihkan seperti ini.

“Hyerin!”

Aku tersentak kaget saat mendengar seseorang memanggilku. Baekhyun. Pemuda itu… melihatnya tersenyum seperti itu sekarang membuatku semakin terluka…

Dia adalah alasan pertama yang membuatku harus hengkang. Keundae… melihatnya tersenyum seperti itu… ada sedikit perasaan senang. Setidaknya ada orang yang bisa tersenyum saat berhadapan denganku.

“Kau dari mana saja?” tanya Baekhyun saat ia sampai di hadapanku.

“Memangnya kenapa?” sahutku ringan sambil meneruskan langkahku.

“Ani, aku menunggumu sedari tadi,” katanya.

Menungguku? Untuk apa? Tatapanku terhenti pada Jungha yang sekarang melangkah ke arah kami.

“Apa terjadi sesuatu padamu?” tanyanya.

“Aku?” ucapku.

“Ya. Kau, Lee Hyerin. Apa terjadi sesuatu yang buruk?” tanyanya.

Aku tersenyum samar, lalu menggeleng.

“Tidak ada.” Ucapku.

“Kau tidak berbohong kan?”

“Sejak kapan kau jadi peduli seperti ini huh?” ucapku segera membuat Jungha tergeragap.

“Aku hanya bertanya saja. Kau tidak ikut upacara pagi ini.” Ucapnya.

“Oh, mianhae.” Ucapku.

“Kenapa kau membolos upacara? Semalam kau bilang kau tidak akan membolos.” ucapan Baekhyun kini membuatku terkesiap.

“Baekhyun, kita harus kembali.” ucap Jungha, ia tampak terpejam, seolah fokus pada suatu hal.

“Ah… Aku masih tidak ingin kembali. Kau mau ikut sampai ke depan sekolah Hyerin?” tanya Baekhyun.

Aku mengangguk pelan.

“Aku ingin melihat Kyungsoo,” ucapku.

Saat Baekhyun dan Jungha melangkah, aku berjalan beberapa langkah di belakang mereka. Berada di dekat dua orang ini masih jadi hal aneh dan asing bagiku. Dan aku tidak ingin terbiasa.

“Kenapa kau ikut?”

Aku mengenali suara Kyungsoo saat kami sampai di depan sekolah.

“Aku tidak ikut. Aku hanya ingin kau lihat aku tertawa bebas karena kau pergi.” sahutku ringan.

“Kau masih tidak berubah Hyerin,” ucapnya pelan.

“Memangnya kapan aku pernah berubah?”

Aku memandang Kyungsoo, ia hanya menggeleng pelan.

“Jaga dirimu disana,” ucapku akhirnya, membuat sebuah senyuman muncul di wajah Kyungsoo.

“Ya, tentu. Kau juga Hyerin, jaga dirimu disini.”

Aku melemparkan pandanganku ke satu pemuda lain yang ada disana, dan segera terkesiap. “Park Chanyeol!?” ucapku terperangah karena… pembuat masalah itu juga salah satu dari mereka!?

Pemuda itu tersenyum kaku.

“Sudah tidak akan ada pembuat masalah lagi di kelas, Hyerin,” ucapnya.

Aku masih terlalu terperangah untuk bisa percaya jika Chanyeol adalah salah satu dari mereka. Aku tersadar oleh fakta bahwa sekarang di sebelahku ada seorang pemuda lagi, yang tampaknya sedari tadi enggan beralih dari sisiku.

“Kau tidak akan kembali, Baekhyun?” tanyaku membuatnya tersadar.

“Mwo? Oh, ani, aku akan berangkat sekarang.” ucapnya, tapi ia masih bergeming.

“Sekarang?” tanyaku memastikan.

Jungha tertawa pelan, lalu memasukkan tasnya ke dalam sebuah mobil hitam besar yang menjemput mereka.

“Ya. Sekarang,” Baekhyun melangkah kaku mengikuti beberapa orang lainnya.

“Hey,” aku menahan lengan Baekhyun, membuatnya langsung berbalik ke arahku

“Ya Hyerin?”

Aku mendekati Baekhyun, sedikit berjinjit untuk mendaratkan satu ciuman cepat di pipinya. Dan berhasil membuat pemuda itu mematung.

“Itu hadiah… karena kau sudah menyukaiku. Gomawo,”

Baekhyun tersenyum kaku, lalu mengangguk-angguk cepat.

“Sudah, kembalilah.” aku melepaskan cekalan tanganku, dan bergerak mundur menjauhi mereka.

“S-Sampai bertemu… Hyerin…”

Sosok-sosok yang sempat aku kenal, sosok yang hari ini aku lihat untuk terakhir kalinya. Walaupun semuanya tidak masuk akal, tapi aku tidak bisa untuk tidak percaya, jika mereka benar-benar berbeda denganku.

“Selamat tinggal…”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩