DREAM – Slice #1 — IRISH’s Story

D R E A M

With EXO’s Byun Baekhyun and OC’s Lee Hyerin

Supported by EXO Members and OC

A fantasy, supranatural, school-life romance, slight!mystery story rated by PG-16 in chapterred length

DISCLAIMER

This is a work of fiction. I don’t own the cast. Every real ones belong to their real life. And every fake ones belong to their fake appearance. The incidents, and locations portrayed herein are fictitious, and any similarity to or identification with the location, name, character or history of any person, product or entity is entirely coincidental and unintentional. Any unauthorized duplication and/or distribution of this art without permission are totally restricted.

©2015 IRISH Art&Story All Rights Reserved

“Dream? You’re just like a dream for me.”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Jungha’s Eyes…

“Jeoneun Park Jungha imnida, aku pertukaran pelajar dari International School di Bukcheon. Bangapseumnida.” aku mengakhiri perkenalan singkatku di kelas baru yang aku tempati mulai hari ini.

Gayanya sombong sekali… Begitu mengesalkan…

Aku ingin tahu apa yang mungkin anak-anak lakukan untuk mengerjainya…

Aku memandang beberapa anak yang tadi tanpa sengaja ku dengar pikiran nya. Ah. Mungkin mereka menganggap perkenalan ku sebagai perkenalan yang mengesalkan dan sombong.

“Kau bisa duduk di sana Jungha,” ucap seonsaengnimku, menunjuk ke arah sebuah bangku, di sana duduk seorang yeoja yang penampilan nya membuatku terbelalak.

Bukankah sekolah ini adalah sekolah paling bergengsi dan berprestasi? Bagaimana mungkin sekolah ini mengizinkan muridnya untuk mengecat rambut dengan warna merah menyala seperti itu?

Walaupun aku akui, memang yeoja itu tampak cantik dengan rambut merah seperti itu, keundae, rasanya sangat tidak signifikan dengan nama yang dimiliki sekolah ini.

“Nae seonsaengnim, gomapseumnida.”

Aku melangkah ke arah bangku yeoja itu, memandang nya yang bahkan tidak berniat mendongakkan kepala untuk menatap kedatangan teman sebangku barunya.

Hah. Rasakan. Kau sekarang duduk dengan Hyerin. Matilah kau.

Aku sedikit merasa terusik oleh pikiran yang lagi-lagi ku dengar. Tapi aku kemudian duduk. Dengan sengaja sedikit menggeser kursiku agar yeoja di sebelahku ini sadar pada kehadiranku.

Ia mendongak, memandangku sekilas, lalu kembali fokus pada buku di depan nya. Hyerin? Itukah namanya?

Baguslah. Murid baru itu sombong, dan Hyerin berjuta kali lebih sombong. Mereka sangat cocok. Hah.

Apa yeoja ini tidak di sukai di kelasnya? Apa Ia seorang pembuat masalah?

Kurasa tidak. Ia murid yang rajin, dan pintar, dari caranya mengerjakan soal di buku yang sekarang tengah di lakukan nya.

Tapi aku yakin Ia tidak begitu di sukai di kelas ini.

“Siapa namamu?” ucapku mencoba membuka pembicaraan.

“Lee Hyerin.” Ia menyahut bahkan tanpa menoleh.

Kurasa aku melakukan tindakan yang salah. Harusnya aku tidak mengajaknya bicara sama sekali. Bodoh. Sekarang aku terlihat seperti orang bodoh yang berharap Ia mengajakku bicara!

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

“Bagaimana kelasmu?” tanya Baekhyun saat kami bertemu di kantin

“Sangat membosankan.” sahutku enteng sambil mengambil tempat kosong di sebelah Baekhyun.

“Pikiran mereka membosankan?” tanya Baekhyun dengan nada lebih pelan.

“Bukan pikiran nya. Teman semejaku yang membosankan.”

Baekhyun menyernyit.

“Jarang sekali kau peduli pada keadaan teman sebangkumu. Biasanya kau malah bilang kau sangat kesal karena teman semejamu terus bicara tanpa henti.” ucap Baekhyun, tergelak.

Aku membanting bolpoin yang tadi ku pegang dengan kekuatan yang sedikit di ambang normal manusia. Membuat Baekhyun mendelik ke arahku.

“Ada apa denganmu huh?” ucapnya kaget, karena tidak biasanya aku bersikap seperti ini.

“Dia sangat sombong. Hah. Dan tadi aku mengajaknya bicara, tapi dia menyahut tanpa memandangku. Bodoh. Tindakan terbodoh yang pernah aku lakukan.” ucapku masih sangat kesal pada tindakan yang di lakukan teman semejaku itu.

“Oh ayolah. Hanya 3 minggu saja di tempat ini. Dan kita akan kembali ke Akademi.” ucap Baekhyun membuatku teringat pada tujuan kami di tempat ini.

“Jangan berusaha memikirkan rencana untuk mencelakai nya. Kau bisa di keluarkan dari Akademi.” ucap Baekhyun.

Aku memutar bola mataku. Punya kemampuan bisa melihat apa yang akan di lakukan seseorang membuat Baekhyun bisa seenaknya mencegah pemikiranku.

“Lagipula, bukannya enak kalau teman semejamu tidak banyak bicara? Kau jadi bisa menyelesaikan tugasmu dengan cepat. Iya kan?” ucap Baekhyun

Aku hanya menanggapinya dengan senyum kecut. Satu sisi pikiranku masih sangat ingin mengerjai teman semejaku itu, tapi setelah ku pikir ulang, rasanya tidak terlalu penting untuk mengerjainya.

Toh tindakan angkuhnya juga tidak merugikanku. Malah Ia membantu. Sangat membantu. Karena aku tidak harus repot-repot bicara padanya.

“Dia kah targetmu?” ucap Baekhyun menyadarkanku

“Nugu?” aku menoleh ke arah yang di pandang Baekhyun

Seorang namja tinggi sekarang tengah tampak berjalan bersama beberapa teman nya.

“Geurae. Dia targetku. Dan kebetulan juga karena dia sekelas denganku.” ucapku bangga karena kemudahan yang aku dapatkan.

Baekhyun mengerang pelan.

“Beruntung sekali kau. Aku harus sangat kesulitan untuk mendekati targetku.” ucap Baekhyun

“Memangnya siapa? Kau sudah menemukan nya?”

“Dari auranya dia mungkin punya kemampuan mengendalikan bumi, keundae, keadaan nya sangat menyedihkan.” ucap Baekhyun membuatku menyernyit.

“Maksudmu?”

Dia korban bully di sekolah ini… Dan kurasa, targetmu itu adalah orang yang sangat sering menjadikan nya korban… Ugh… Ini menyebalkan…

Walaupun Baekhyun menyahutiku lewat pikiran nya, aku tahu Ia sangat kesal karena hal ini. Kurasa targetnya adalah seseorang yang selalu di jajah di sekolah ini. Betapa hal manusiawi semacam ini sangat mengganggu.

Apa-apaan sih namja ini…

Pikiranku sedikit terusik saat mendengar gumaman samar di dekatku. Aku tidak terusik karena Ia berpikir, tapi caranya berpikir sangatlah tenang, dan hanya berupa gumaman. Perhatianku segera teralihkan, dan aku berusaha menemukan pemilik pikiran yang tadi ku dengar.

“Kau mencari siapa?” tanya Baekhyun, Ia sangat paham jika saat bertindak seperti ini itu artinya aku sedang mencari pemilik pikiran yang secara tidak sengaja ku dengar.

Tatapanku terhenti pada sosok berambut merah menyala di ujung koridor. Benar. Siapa lagi kalau bukan teman semejaku itu?

“Bisa kau mendengarkan mereka lebih dekat?” tanyaku pada Baekhyun.

Ia melemparkan pandangannya ke arah yang sekarang sedang serius ku lihat. Lalu tanpa menyahut, Baekhyun menyentuh punggung tanganku.

Ia punya pendengaran yang sangat tajam, dan bisa mendengarkan pembicaraan manusia lebih jelas. Dan sekarang Ia akan menyalurkan pembicaraan yang di dengarnya ke dalam pikiranku.

“Harusnya kau tidak macam-macam pada yeoja chinguku!”

“Mwo? Nugu?”

“Lee Hyerin! Jangan main-main denganku!”

Hyerin tertawa pelan, namun terdengar jelas nada kasar di dalam tawanya.

“Main-main? Untuk apa aku bermain dengan orang bodoh? Sepertimu, atau kekasih bodohmu itu?”

BRAK!

Aku tidak memerlukan pendengaran tajam Baekhyun untuk bisa menangkap suara bantingan keras yang sekarang berhasil memecahkan konsentrasi dan fokus semua orang di sekitar kami.

“Kau mau apa?”

Aku memandang ke arah Hyerin, ugh, harusnya aku punya kelebihan memandang dengan sangat rinci, jadi aku bisa meneliti ekspresi Hyerin sekarang.

“Urusan kita belum selesai!”

Baekhyun mengalihkan tangan nya dari punggung tanganku. Dan sekarang tatapanku tertuju pada Hyerin. Dia tampak sangat tenang seolah beberapa saat yang lalu Ia tidak sedang berada di tengah-tengah keadaan mencekam karena ada seseorang yang mengancamnya.

Yeoja itu memasang headphone yang tadi melingkar di lehernya, lalu Ia melangkah pelan, seolah Ia melangkah dengan banyak pikiran. Aku memfokuskan pendengaranku, berusaha mencuri-dengar apa yang Hyerin pikirkan.

Kelas ramai sekali, aku tidak bisa tidur.

Hanya itu? Hanya hal sepele itu yang Ia pikirkan?

“Ada apa denganmu?” tanya Baekhyun.

“Ani.” aku menggeleng pelan, masih memandang ke arah Hyerin, penasaran pada yeoja itu.

“Siapa dia? Kau sepertinya sedang berpikir keras.” ucap Baekhyun.

“Dia teman semeja yang aku bicarakan.” Ucapku.

“Mwo? Yeoja itu? Aigoo. Dari penampilan nya saja aku sudah tidak suka. Dia seperti pembuat masalah.” ucap Baekhyun menggerutu.

Ya. Yeoja itu memang pembuat masalah. Pembuat masalah dalam pikiranku.

Caranya berpikir yang begitu simpel dan kosong. Semuanya begitu mengesalkan.

“Dia memang pembuat masalah.” ucapku membenarkan.

“Aish, sudah jangan pikirkan dia. Hanya 3 minggu Jungha-ya. Hanya 3 minggu.” ucap Baekhyun berusaha menenangkanku.

Benar. Hanya 3 minggu Jungha. Dan kau harus kuat menahan rasa kesal di pikiranmu karena tindakan yeoja itu.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku melangkah ke dalam kelas dan memandang ke arah tempat duduk ku. Hyerin tampak duduk bersandar di bangkunya, headphone masih terpasang di telinganya, dan Ia tengah memejamkan mata.

Aku menajamkan pendengaranku, dan berusaha menemukan pikiran Hyerin.

“Jangan lupa soal rumus itu Hyerin, kau harus ajarkan aku…”

“Shireo. Dasar pabo.”

Kurasa Ia tengah tertidur. Dan sekarang sedang bermimpi.

SPLASH!!

Aku tersadar saat rasa dingin membasahi sekujur tubuhku.

“Hahahahaha!”

“Aigoo! Dasar bodoh!”

“Lihat! Pakaian dalamnya kelihatan!”

Sial! Aku tidak memperkirakan hal ini akan di lakukan teman-teman sekelasku.

Yes! Rencana berhasil!

Mati kau! Rasakan!

Aku terlalu marah untuk bisa terus mendengar pemikiran teman-teman, tidak, mereka bukan temanku, mereka musuhku sekarang.

Aku melangkah dengan cepat keluar kelas. Dengan kecepatan langkah yang mungkin ku perkirakan hanya akan sedikit lebih cepat dari manusia disini, dan aku segera melangkah ke UKS.

BLAM!

Dengan kekuatan yang tidak di miliki manusia, aku membanting pintu UKS. Untunglah tidak ada siapapun disini, jika ada, mungkin aku harus berpikir untuk tidak meluapkan kemarahanku padanya.

Aku segera mengambil handuk di lemari UKS, dan menutupi tubuhku. Aku tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari sekolah manapun. Hah. Jika saja mereka tahu darimana aku berasal dan kekuatan seperti apa yang aku punya, mereka mungkin akan berpikir jutaan kali untuk bahkan berani melirikku.

TOK. TOK.

Aku masih terlalu sibuk untuk menenangkan diriku dari perlakuan yang baru saja ku dapatkan, dan rasanya terlalu malas untuk melangkah ke pintu dan membukanya. Bisa saja emosiku membuat pintu itu hancur.

“Neo gwenchana?”

Aku mendongak, Hyerin berdiri di ujung pintu.

“Kenapa kau kesini? Seharusnya kau ikut tertawa di kelas bersama mereka.” ucapku dingin, aku sudah tidak bisa menjaga emosiku.

“Aku sudah tertawa disana tadi.” sahutnya ringan sambil kemudian melangkah ke dalam UKS.

“Pergi.”

Hyerin mengabaikanku. Ia masih berdiri di tempat yang sama. Membuatku menghadiahinya dengan tatapan tajamku.

Hyerin sedikit menyernyit, dan aku segera tersadar. Ia pasti melihat mataku.

“Pergi.” ulangku.

“Aku yakin kau tidak bawa seragam lagi, pakailah dulu milikku. Kurasa ukuran nya mirip.” ucap Hyerin sebelum Ia meletakkan sebuah tas kecil di depanku

“Mwo?”

Hyerin memandangku. Membuatku berusaha menembus pikiran nya lagi.

Apa dia bodoh? Atau masih terlalu marah?

“Aku masih sangat marah. Pergilah.” ucapku padanya.

“Arra.” hanya itu yang keluar dari mulut Hyerin, tidak di sertai dengan pemikiran lagi. Ia melangkah keluar UKS, tapi baru beberapa langkah, Ia kembali lagi, dan menutup pintu UKS.

“Apa yang kau lakukan!?” ucapku sedikit membentaknya.

Ia mengunci pintu UKS. Tidak menyahutiku. Untuk beberapa lama, aku membiarkan keadaan diam di sekitar kami.

CKLEK. CKLEK.

Sial…

“Dia mengunci pintunya dari dalam!”

Harusnya aku lebih cepat kesini dan bisa memotret keadaannya…

“Sudah ayo pergi. Kita bisa mengerjainya lagi nanti.”

Aku menunggu beberapa lama sampai tidak terdengar suara langkah di dekat ruangan tempatku berada sekarang.

“Ada baiknya kau pakai saja seragamku.” ucap Hyerin saat Ia membuka pintu UKS.

Apa yang yeoja ini sedang pikirkan? Tadi pagi Ia berpura-pura bersikap angkuh padaku dan sekarang Ia berpura-pura menolongku? Hah. Yang benar saja.

Aku mengeluarkan seragam yang ada di dalam tas kecil yang di bawa Hyerin, dan terdiam saat ada kertas kecil disana.

Ada lem di bangkumu. Jangan duduk di sebelahku.

Apa anak-anak di kelas mengerjaiku lagi? Sial…

Tapi, kenapa Hyerin harus sok berbaik hati memberitahuku?

Aku memandang ke arah pintu, sekarang tindakan Hyerin semakin memberiku lebih banyak pertanyaan.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku kembali ke kelas, dengan memakai seragam Hyerin. Kurasa Ia benar soal penawaran nya. Dan juga, aku sangat penasaran soal apa yang Ia katakan, apa benar kursiku di beri lem.

Aku melangkah mendekati kursiku, dan benar apa yang di katakan Hyerin. Ada cairan di kursiku, dan tentu saja, aku tidak akan dengan bodohnya duduk disana. Aku melangkah ke kursi lain yang kosong di bagian belakang kelasku, dan duduk disana. Terdengar helaan nafas kecewa di sekitarku.

Sial. Apa dia tahu kalau di kursinya ada lem…

Harusnya tadi semua kursi kosong di beri lem!

Aku memandang ke arah Hyerin. Ia tampak sedang menenggelamkan dirinya di meja. Seperti nya Ia sedang tidur. Aku heran bagaimana Ia bisa terbangun dan tidur dengan cepat di kelas yang sangat menyebalkan ini.

Hyerin menegakkan tubuhnya saat mendengar bel berbunyi. Ia kemudian dengan cepat mengeluarkan bukunya, dan langsung fokus pada pelajaran di depan kami.

Sementara pikiranku masih terlalu banyak terusik olehnya.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

“Gomawo.” ucapku pada Hyerin saat kelas sudah sepi, aku tidak tahu bagaimana kebiasaan Hyerin sebelumnya, tapi tampaknya yeoja ini sangat senang tidur di kelas.

Hyerin membuka matanya, memandangku, lalu mengangguk.

“Cheonmaneyo.” ucapnya sambil kemudian meregangkan tubuhnya.

“Kau senang tidur di kelas?” ucapku berusaha menemukan sedikit bahan pembicaraan.

“Ya.” hanya itu sahutan nya, oh, ayolah, aku mempermalukan diriku lagi!?

“Bagaimana menurutmu tentang kelas ini?” tanyanya.

“Huh? Kelas ini? Menyebalkan.” ucapku bersungguh-sungguh.

“Mereka selalu memperlakukan murid pertukaran pelajar seperti ini.” ucap Hyerin sambil membereskan bukunya.

“Padahal murid pertukaran di sekolah kami di perlakukan dengan sangat baik.” ucapku.

“Tidak ada sekolah yang sama bukan?” ucap Hyerin saat Ia sudah selesai membereskan bukunya.

“Geurae. Keundae, kenapa mereka bersikap seperti itu?” tanyaku penasaran.

“Entahlah. Mungkin karena kalian pintar. Mereka memusuhi orang pintar.” sahut Hyerin sambil berdiri, mengenakan tas ransel kecilnya, lalu Ia memandangku.

“Mereka mungkin akan mengerjaimu lagi, datanglah sedikit lebih pagi besok, Jungha-ssi.” ucap Hyerin sebelum Ia melangkah keluar kelas.

Aku memandang Hyerin, heran bagaimana Ia bisa punya kepribadian aneh seperti itu. Dan aku semakin heran karena alasan yang Hyerin ungkapkan. Mereka membenci murid pintar? Hah. Lucu sekali.

“Jungha!”

Aku tersentak. Bisa-bisanya aku tidak mendengar pikiran Baekhyun.

“Mwohago?” ucapku padanya

Baekhyun tersenyum tipis.

“Ani. Oh, apa kau tadi bicara dengan teman semejamu itu?” ucap Baekhyun membuatku sadar bahwa Ia pasti mendengar pembicaraanku tadi, atau paling tidak, Ia melihat Hyerin yang keluar dari kelas.

“Ya. Kami bicara sedikit. Dan dia membantuku.”

“Huh? Membantumu apa?” tanya Baekhyun begitu penasaran.

Aku menunjuk seragam yang ku kenakan.

“Anak-anak ini mengerjaiku.” ucapku.

Baekhyun terkekeh pelan.

“Jinjja? Whoah, ini akan jadi berita heboh di Akademi. Sangat jarang seorang Jungha bisa di perlakukan seperti ini.” ucap Baekhyun membuatku mendelik kesal.

“Itu hanya karena mereka tidak tahu siapa aku!” bentakku marah.

Baekhyun mengangkat kedua tangan nya, menyerah.

“Arraseo arraseo. Tetap saja, rasanya lucu saat akhirnya kau bisa di kerjai.” ucap Baekhyun menahan tawa.

“Teruslah bercanda.” gerutuku kesal.

“Mianhae Jungha, aku hanya bercanda. Aku tidak akan bilang apapun dia Akademi.” ucapnya tersenyum yakin padaku.

Aku tidak mungkin cerita tentang hal ini di akademi, Sehun mungkin bisa sangat marah dan berniat membunuh semua orang yang mengerjai Jungha.

“Geurae. Sehun mungkin bisa bertindak seperti itu.” ucapku menambahi pemikiran Baekhyun, membuatnya segera tersadar.

“Aku tidak bermaksud memikirkan hal itu. Mian.”

“Gwenchana. Memang nyatanya seperti itu bukan?” aku tersenyum kecut, kemudian aku menjinjing tasku, dan melangkah keluar kelas.

“Eh? Bukankah itu teman semejamu?” tanya Baekhyun membuatku langsung melemparkan pandanganku ke arah yang sekarang di lihat Baekhyun.

Benar. Rambut merah mencolok. Tubuh tinggi dan kurus. Hyerin.

“Apa yang mereka bicarakan?” tanyaku pada Baekhyun

Baekhyun langsung menyentuh punggung tanganku.

“…membuatmu merasa kau adalah penguasa sekolah?”

“Brengsek! Kau berani bicara begitu padaku!?”

“Lalu? Apa alasanku untuk takut padamu? Kau bodoh, tidak pernah sekalipun mendapat nilai bagus di sekolah. Kau juga pembuat masalah. Yang kau andalkan di sekolah ini hanya kekuasan Ayahmu. Iya kan?”

PLAK!!

Aku tersentak saat melihat Hyerin terjatuh. Namja itu… bagaimana bisa Ia bertindak sekasar itu pada seorang yeoja!?

“Berhenti merebut posisi pertama jika kau masih ingin ada di sekolah ini Lee Hyerin!”

Hyerin diam. Tidak menyahut. Membuat namja itu akhirnya melangkah menjauhinya.

“Aku tidak akan menyerahkan posisi itu pada yeoja sialan itu.”

Langkah namja itu terhenti. Dan Ia berbalik.

“Aku tidak akan takut pada ancamanmu.” ucap Hyerin saat Ia berdiri, yeoja itu mendongak, tatapan nya jelas menantang namja di hadapan nya.

“Kita lihat apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu hengkang dari sekolah ini.” ucap namja itu, tersenyum sinis, lalu melangkah meninggalkan Hyerin

“Apa yang kira-kira mereka ributkan?” gumam Baekhyun penasaran.

“Kurasa namja itu mengancamnya. Untuk melepaskan posisinya, entah posisi apa yang mereka bicarakan.” ucapku, berusaha terdengar tidak peduli, tapi nyatanya aku peduli.

“Dia sepertinya terluka,”

Aku memandang Hyerin, noda kemerahan tampak ada di punggung tangan nya saat Ia mengusap wajahnya. Kurasa tamparan namja itu membuat Hyerin terluka. Tapi reaksi Hyerin tidak menunjukkan bahwa Ia kesakitan atau marah karena tindakan itu.

Yeoja itu begitu dingin… sangat mirip dengan—

“Yeoja itu mirip dengan dirimu saat pertama kali datang ke Akademi.” ucap Baekhyun mendahului pendapatku.

Inikah yang membuatku sangat penasaran pada tindakan yeoja itu? Karena Ia mirip denganku? Benarkah?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author’s Eyes…

“Apa dia belum pulang?”

Seorang yeoja paruh baya tampak memandang yeoja di depan nya dengan sedih. Yeoja itu berdiri diam di depan rumahnya, memandang kosong ke dalam sebuah ruangan yang jendelanya di biarkan terbuka selama ini.

“Dia belum pulang nak…”

Yeoja itu tersenyum samar, namun sanggup menampakkan betapa Ia sangat terluka.

“Aku menunggunya di persimpangan hari ini ahjumma, mungkin saja dia bersepeda lebih cepat dariku… Tapi dia tidak lewat di sana…”

Ahjumma itu tanpa sadar menitikkan air mata.

“Pulanglah nak… Dia tidak akan pernah kembali…”

Yeoja itu tersenyum lagi.

“Aniya ahjumma, dia pasti pulang, aku yakin Seolmi pasti pulang…” ucap yeoja itu pelan, suaranya bergetar karena menahan tangis.

Ahjumma itu segera membuka gerbang rumahnya, merengkuh yeoja itu ke dalam pelukan nya.

“Seolmi tidak akan pernah pulang Hyerin-ah… Jangan menunggunya lagi…”

Hyerin terisak. Dan isakan nya perlahan berubah menjadi tangisan yang sangat menyedihkan.

“Aku menunggunya… Di halte… Di persimpangan… Tapi dia tidak lewat… Wae? Wae? Seolmi seharusnya mengikutiku di hari itu… Seharusnya… aku tidak marah padanya…”

“Uljima Hyerin-ah… Jangan seperti ini… Seolmi tidak akan suka melihatmu menangis seperti ini…”

Hyerin masih terisak.

“Ini salahku ahjumma… Seharusnya aku mendengarkan Seolmi hari itu… Pasti Seolmi akan ada disini… Pasti Seolmi akan bersekolah denganku…”

“Jangan begini Hyerin-ah… Jangan begini…”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Baekhyun tertegun saat melihat seorang yeoja tampak menangis di tepi jalan. Terutama karena penampilan yeoja itu sangat di kenalinya.

Rambut panjang dengan warna merah mencolok, tubuh yang sangat kurus dan kulit putih pucat.

“Itu kan Hyerin teman semeja Jungha…” gumam Baekhyun sambil berjalan mendekati sosok itu

“Seolmi-ah… Eodiseoyeo… Aku sudah mengantuk menunggumu disini…”

Baekhyun menyernyit.

“Apa dia menunggu seseorang?” gumam namja itu, berusaha mendengar lebih jelas lagi. Tanpa sadar, Baekhyun memperhatikan keadaan yeoja itu.

Hyerin tampak hanya mengenakan kaos tipis, dan celana jeans panjang. Yeoja itu juga tampak pucat, seperti kelelahan.

Baekhyun kemudian tersadar jika yeoja itu sedang duduk di tepi jalan yang tampak remang. Membuat namja itu langsung berdecak.

“Dasar yeoja tidak benar… Pasti mau berpacaran di tempat ini…” gerutu Baekhyun sambil kemudian melangkah meninggalkan yeoja itu.

Esok harinya, Baekhyun tanpa sengaja melihat Hyerin yang baru datang dengan menaiki sepeda gunung.

“Eh? Yeoja itu naik sepeda ke sekolah?” Baekhyun mengerjap cepat, terutama karena saat pagi hari seperti ini Ia sedikit kesulitan mengenali Hyerin.

Yeoja itu mengenakan topi yang menutupi rambut merah mencoloknya, dan Ia juga mengenakan sweater tebal.

“Ia tidak terlihat seperti yeoja tidak benar jika rambutnya tidak di warnai seperti itu…” ucap Baekhyun, tanpa sadar tersenyum saat Ia tidak melihat rambut berwarna merah mencolok milik Hyerin.

Tapi tak lama, yeoja itu melepaskan topinya, membuat senyum di wajah Baekhyun dakam sekejap hilang.

“Dia tidak lagi terlihat seperti yeoja baik.” ucap Baekhyun, menggeleng pelan, dan kemudian melangkah menjauhi yeoja itu.

“Bodoh…”

Langkah Baekhyun terhenti. Ia berbalik, dan memandang Hyerin yang berdiri di depan sebuah mobil.

Namja itu menyernyit, tampak bingung karena tindakan yang di lakukan Hyerin.

“Hyerin bodoh.”

“Yeoja itu aneh sekali…” gumam Baekhyun.

“Menyiksa diri sendiri karena rasa bersalah. Dasar bodoh!”

“Apa Ia semalam bertengkar dengan namja chingu nya di jalan sepi itu?”

“Bodoh… Hyerin bodoh…”

“Geurae. Kau memang bodoh…” tambah Baekhyun, menggeleng tak percaya karena sikap aneh yeoja itu.

“Harusnya yeoja bodoh seperti mu itu mati saja…”

Baekhyun yang tadinya asyik mengangguk-angguk, langsung tersentak.

“Yeoja itu gila!?” ucap Baekhyun tanpa sadar bahwa dirinya sekarang di lihat oleh beberapa orang di sekitarnya.

“Kalau kau mati… Tidak akan ada rasa bersalah seperti ini lagi…”

Baekhyun memandang Hyerin yang sekarang tertunduk.

“Ah… Saat seperti ini rasanya aku ingin bisa membaca pikiran seperti yang bisa Jungha lakukan…” gumam Baekhyun pelan.

Baekhyun tersadar dari lamunan nya saat Ia melihat Hyerin berjalan ke arahnya. Yeoja itu tampak sangat tenang, seolah beberapa saat yang lalu Ia tidak melakukan tindakan aneh dengan mengatai dirinya sendiri di depan kaca mobil.

“Ada yang aneh dari yeoja itu…” gumam Baekhyun sebelum perhatian nya berhasil di rebut oleh sosok yang melewatinya.

“Do Kyungsoo… Targetku…”

               ██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Jungha’s Eyes…

“Annyeong.” sapaku pada Hyerin saat pagi ini aku datang dan masuk ke kelas.

Hyerin mendongak, matanya terlihat memerah, membuatku yakin Ia tadinya tengah tertidur pulas.

“Aku membuatmu terbangun?”

Ish, ada saja hal yang membangunkanku saat seperti ini…

“Ani.” sahutnya ringan membuatku tersenyum tipis, mulut selalu bisa membohongi, tapi pikiran tidak.

Aku seharusnya tidak repot-repot menukar kursinya dengan kursi yang tidak ada lem. Sekarang dia akan terus berisik karena bergerak di tempatnya.

“Apa kau yang menukar kursiku? Gomawo.” ucapku membuatnya memandangku

“Aku tidak menukarnya.” Ia kembali menenggelamkan wajahnya di meja

Bagaimana aku bisa tidur jika dia terus bicara… Ish…

Aku tersenyum tipis, kemudian dengan gerakan sepelan mungkin menggeser kursiku. Aku tahu Hyerin akan merasa terganggu jika mendengar suara kursiku, dan entah mengapa aku sedang tidak ingin membuat orang lain kesal hari ini.

Hari ini aku harus mulai mengincar targetku. Park Chanyeol. Dia adalah satu di antara beberapa manusia di sini yang punya kelebihan. Dan Ia tidak seharusnya ada di sini, Ia akan lebih bisa berbaur jika berada bersama kami di Akademi.

Eotteohke… Jika aku mengalah, aku di keluarkan, jika aku tetap bertahan, aku akan di keluarkan… Ish… Sialan…

Aku memandang Hyerin saat berhasil mencuri-dengar pikiran nya lagi. Ia tidak tidur? Ku kira Ia tadinya tidur.

Keundae, kalau aku mengalah, mungkin aku bisa bertahan beberapa bulan, kalau aku bertahan… pasti… tidak akan sampai dua hari aku akan keluar…

Apa yang sedang Ia pikirkan? Sepertinya sesuatu yang sangat rumit.

Aku mendengar Hyerin berdecak pelan.

“Neo gwenchana?” tanyaku membuatnya mendongak, Ia terdiam sebentar memandang ke arah mejanya.

Apa aku harus cerita padanya? Keundae… Dia pasti tidak mengerti…

“Kau boleh cerita padaku Hyerin-ah, aku akan coba mengerti.” ucapku menjawab benaknya.

Ia memandangku, lalu menghela nafas panjang.

Kurasa tidak ada salahnya bercerita… Keundae…

“Ani. Nan gwenchana.”

“Lalu, apa aku boleh bertanya?”

“Apa?” Ia memandangku

“Kenapa kau berpenampilan seperti ini?” tanyaku.

“Maksudmu?” Ia memandangku bingung

“Kau terlihat sangat melawan aturan sekolah.”

Hyerin tertawa, sangat pelan, aku hampir ragu jika Ia benar-benar tertawa.

“Seseorang pernah mengatakan hal itu juga padaku,” ucapnya sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.

“Jinjja?”

“Ya. Beberapa tahun yang lalu.”

“Lalu… kenapa? Itu artinya kau sudah begini sejak dulu kan?”

Hyerin memandangku. Tatapan nya berubah, bukan tatapan dingin yang selalu Ia berikan pada semua orang, aku yakin ada kesedihan dalam tatapan nya sekarang.

Aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi…

“Kau tidak harus cerita jika kau tidak mau Hyerin.” ucapku, mengalihkan pandanganku, aku yakin Hyerin tidak ingin mengingatnya jika Ia bisa berpikir seperti itu.

“Ah, arraseo…” hanya itu yang Hyerin ucapkan.

Percakapan pendek kami berhenti saat Chanyeol masuk ke dalam kelas bersamaan dengan beberapa anak yang lain nya. Dan beberapa orang yang aku yakin sebagai oknum yang mengerjaiku kemarin.

Sial. Dia sudah datang, besok saja di kerjai lagi…

“Kurasa mereka tidak akan mengerjaimu hari ini,”

Aku tersentak mendengar ucapan Hyerin.

“Kenapa kau bilang begitu?” tanyaku.

“Karena mereka biasanya selalu mengerjai sejak pagi hari, dengan list tertentu. Jika satu gagal, yang lain nya juga pasti gagal. Kepercayaan aneh.” Hyerin mengangkat bahunya tak peduli, dan juga, Ia tampaknya seolah bicara sendiri, sangat bisa ku ketahui jika Ia tidak ingin anak-anak ini tahu bahwa Ia bicara padaku.

Aku memandang sekali lagi ke arah mereka, dan sadar, jika Chanyeol tengah memandang ke arahku. Apa Ia juga termasuk salah satu di antara mereka yang ingin mengerjaiku?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

“Apa yang kalian lakukan disini?”

Aku tersentak. Terutama saat mengenali suara itu. Park Chanyeol. Aku berbalik, dan memandang Chanyeol.

“Maksudmu apa Chanyeol-ssi?” tanyaku.

“Kau jelas tidak berasal dari sini. Apa tujuanmu disini?” ucapnya.

“Tujuanku? Tentu saja aku seorang murid pertukaran,” aku tertawa pelan, berusaha menetralkan rasa panik yang hinggap di batinku.

“Kau jelas-jelas sedang panik sekarang. Jangan berbohong. Apa kau juga dari tempat aneh itu?” ucapnya

“Tempat aneh?” aku menyernyit.

“Sudah banyak orang yang datang dan ingin membawaku ke tempat aneh yang mereka sebut Akademi. Kau juga salah satu dari mereka?” ucapnya.

Jadi Ia sudah tahu tentang Akademi? Lalu kenapa Ia masih disini?

“Akademi? Maksudmu? Aku tidak mengerti kau bicara apa Chanyeol-ssi.” ucapku tenang.

Ia menatapku lama, mengawasiku, dan aku berusaha menjaga kestabilan emosiku agar tetap tenang.

“Benarkah?” tanyanya.

“Kurasa kau salah paham Chanyeol-ssi.” kataku masih dengan nada tenang yang sama.

Ia tampak berpikir, tapi kemudian Ia memandangku lagi.

“Mungkin.” ucapnya pelan sambil berbalik.

Aku berusaha menembus benteng pemikiran nya. Nihil. Aku tidak bisa mengetahui apa yang ia pikirkan. Apa itu adalah kemampuan nya?

Aku segera melangkah cepat, aku harus menemukan Baekhyun, apa Ia juga mendapat kendala dalam menyelesaikan tugasnya?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Aku tidak menemukan Baekhyun dimanapun hari ini. Tidak mungkin Ia membolos. Kami jelas datang bersama-sama tadi pagi. Tapi dia tidak ada di manapun.

Aku duduk diam di bawah sebuah pohon, berusaha menemukan pikiran Baekhyun, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Nihil.

Aku tidak menemukan pikiran nya sama sekali. Apa sesuatu yang buruk terjadi padanya? Sial. Aku sangat khawatir karenanya.

Keundae, bukankah jika terjadi sesuatu yang buruk padanya… aku akan mendapat tanda? Yang membuatku bisa tahu jika Ia sedang berada dalam bahaya atau terjadi sesuatu yang buruk padanya?

Tidak. Berarti dia baik-baik saja. Mungkin Ia tidak sedang berada di sekolah. Mungkin dia keluar atau—

Gawat! Jika dia keluar, aku tidak bisa merasakan tanda itu.

Apa terjadi sesuatu yang buruk padanya di luar?

Ini bahaya. Akademi bisa menghabisiku jika sesuatu terjadi pada Baekhyun. Dia adalah anak pemilik Akademi. Dan bisa ku bilang dia adalah orang spesial di Akademi kami. Tidak bisa ku biarkan dia terjebak dalam bahaya.

Aku melangkah dengan panik ke dalam kelas. Berniat mengambil tas dan bolos sekolah. Tapi langkahku terhenti saat melihat Hyerin ada di depan kelas, dan… bicara pada Baekhyun!

Apa yang mereka bicarakan? Sejak kapan mereka saling mengenal?

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author’s Eyes…

“Berhenti mengikutiku.”

Baekhyun terhenti. Ia memandang ke arah Kyungsoo yang melangkah beberapa meter di depan nya, dan tersenyum tipis.

“Jadi kau sudah tahu ya?” ucap Baekhyun.

“Wajahmu sama persis seperti Ayahmu.”

Baekhyun tersentak.

“Bagaimana kau tahu Ayahku?” ucap Baekhyun tenang.

“Karena aku melihatnya di buku Ayahku. Dulu. Sebelum Ayahku tahu jika kalian hanya memanfaatkan kekuatan nya.” ucap Kyungsoo, ada nada marah dalam nada bicaranya.

“Akademi tidak memanfaatkan kekuatan Ayahmu. Ayahmu lah yang dulu mengkhianati Akademi dan bergabung dengan Mutan.” ucap Baekhyun membuat Kyungsoo berbalik, memandangnya penuh kemarahan.

“Kojimal.” ucap namja itu dingin.

“Aku tidak berbohong Do Kyungsoo. Kau bisa melihat sendiri bagaimana kejadian nya jika kau mau.” ucap Baekhyun masih dengan nada tenang di dalam suaranya.

“Aku tidak akan percaya satupun ucapan kalian.” ucap Kyungsoo.

“Kenapa? Bukankah seharusnya kita saling percaya? Kita bangsa yang sama bukan?” ucap Baekhyun, kini memberanikan dirinya melangkah mendekati Kyungsoo, membuat namja itu langsung bergerak mundur.

“Jangan mendekatiku.” peringat Kyungsoo.

“Kenapa? Bukankah kau mewarisi kekuatan luar biasa dari Ayahmu? Kenapa kau tidak mempergunakan nya?” desak Baekhyun semakin membuat Kyungsoo memandang panik namja itu.

“Aku tidak akan menggunakan nya. Aku tidak ingin menjadi seperti kalian.” ucap Kyungsoo membuat Baekhyun tertawa pelan.

“Tidak ingin jadi seperti kami… atau kau sebenarnya tidak tahu bagaimana cara mempergunakan kekuatanmu?” ucap Baekhyun membuat Kyungsoo terkesiap.

“Dua-duanya.” jawab namja itu telak.

Baekhyun menghentikan langkahnya.

“Ikutlah dengan kami Kyungsoo, di sana kau akan di ajari cara mengendalikan kekuatanmu.” ucap Baekhyun.

“Tidak akan.” Kyungsoo menolak dengan tegas.

“Kenapa tidak? Bukankah kekuatanmu sangat besar? Kau bisa menentukan sendiri untuk mengatakan bahwa kami memanfaatkan kekuatan Ayahmu untuk hal buruk atau tidak, nanti, jika kau sudah disana dan melihat kejadian yang sebenarnya sudah terjadi.” ucap Baekhyun.

Kyungsoo terdiam. Kemudian namja itu menggeleng pasti.

“Tidak. Aku tidak akan ikut.” ucap namja itu sambil melangkah pergi, tapi dengan gerakan cepat Baekhyun langsung menghadang langkah namja itu.

“Kurasa kau harus benar-benar melihat kejadian yang sebenarnya…”

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Jungha’s Eyes…

“Baekhyun!”

Aku memanggil Baekhyun dengan cukup keras saat Hyerin sudah masuk ke dalam kelas. Ia sudah sibuk dengan headphone yang terpasang di telinganya. Dan aku tahu Ia tidak akan tahu jika aku berteriak memanggil Baekhyun.

“Ada apa?”

“Harusnya aku yang bertanya ada apa padamu. Kenapa kau bicara dengan nya?” ucap Jungha

“Aku bicara padanya karena dia adalah satu-satunya saksi yang bisa membuatku berhasil membawa Kyungsoo.” ucap Baekhyun membuatku menyernyit.

“Maksudmu?”

“Ada banyak view yang berbeda dan pemikiran berbeda tentang kejadian yang terjadi empat tahun lalu. Saat perang itu. Kau ingat?”

“Oh, ya, aku ingat. Lalu apa hubungan nya?” tanyaku semakin bingung.

“Di hari itu, ada banyak orang yang melihat bagaimana Ayah Kyungsoo menghancurkan kota, dan membuat banyak orang tahu tentang keberadaan kita. Dari view berbeda, tindakan itu terlihat seolah Ayah Kyungsoo sepenuhnya salah. Tapi ada satu view, yang menilai hal itu sebagai hal yang bagus.”

“Dan orang itu adalah Hyerin? Begitu maksudmu?” tanyaku tak mengerti.

“Bukan Hyerin, tapi sahabatnya.”

“Hah? Nugu? Memangnya dia punya sahabat?” ucapku tak percaya.

Selama dua hari aku disini Hyerin bahkan tak bicara pada satupun orang. Apa dia punya sahabat?

“Itulah kenapa aku bicara padanya. Karena aku mau bertanya padanya. Sahabatnya itu… adalah orang yang di sayangi Kyungsoo, dan tahu tentang kita. Dia adalah seseorang yang menganggap keberadaan kita adalah sebuah keajaiban. Dia orang yang bisa melihat kita dari sisi yang lebih baik.” ucap Baekhyun panjang lebar.

“Lalu, darimana kau bisa tahu tentang hal itu? Tentang sahabat Hyerin? Dan bagaimana kau yakin dia adalah orang yang Kyungsoo sayangi? Itu artinya Kyungsoo dan Hyerin saling mengenal? Apa hubungan mereka?”

Baekhyun tampak terperangah karena ucapanku.

“Terlalu banyak pertanyaan Jungha. Aku sama sekali tidak tahu satupun jawaban nya.” ucap Baekhyun polos

“Mwo? Lalu bagaimana kau bisa—”

“Insting.”

“Hah?”

Bagaimana bisa Ia mengandalkan insting di saat seperti ini!?

“Instingku mengatakan begitu saat tadi aku melihatnya…”

“Melihat apa?”

Baekhyun menyentuh punggung tanganku, membuatku bisa melihat visualisasi pikiran nya.

Kyungsoo melangkah pergi. Dan langkahnya terhenti saat Ia melihat Hyerin keluar dari kelas. Mereka saling bertatapan beberapa saat.

“Kau benar-benar jadi seperti yang dia inginkan.” ucap Kyungsoo, ada nada senang dalam suaranya, tapi juga nada sedih berkuasa tak kalah kuatnya.

“Aku harap dia disini…” ucap Hyerin sangat pelan

“Aku yakin dia senang sekarang Hyerin-ah, kau benar-benar jadi sahabat yang baik untuknya.” ucap Kyungsoo

“Dan kau jadi namja yang selalu sayang padanya tanpa dia tahu…” ucap Hyerin menambahi.

Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sampai kemudian Hyerin menghela nafas panjang.

“Kita selalu mengatakan hal ini berulang-ulang selama dua tahun.” ucap yeoja itu, terdengar sedih.

“Ya. Hampir setiap harinya dan setiap kali bertemu.” ucap Kyungsoo

“Kembalilah ke kelasmu, mereka mungkin berpikir kita aneh jika melihat kita bicara.” ucap Hyerin sambil melangkah menjauhi Kyungsoo

“Apa kau masih mengingat kejadian di hari itu Hyerin?”

“Yang mana? Saat kita bertemu, atau saat kita berpisah?”

“Saat… kota hancur…”

“Ya. Aku mengingatnya. Tapi aku harus berpura-pura tidak mengingatnya bukan? Aku sudah lakukan selama ini.” ucap Hyerin

“Benarkah?”

“Ya.” Hyerin kemudian melanjutkan langkahnya

“Sampai bertemu lagi Hyerin-ah.”

Hyerin hanya menyahuti dengan anggukan samar. Namun Kyungsoo tahu, dan namja itu tersenyum.

“Insting itu jauh lebih kuat dari insting biasanya.” ucap Baekhyun saat aku sadar dari visualisasiku.

“Ya. Mereka saling mengenal. Dan sangat dekat satu sama lain. Juga seorang yeoja, yang mereka bicarakan. Ada hubungan aneh di antara mereka bertiga, dan berhubungan dengan kejadian empat tahun lalu.”

“Itu menjawab semua pertanyaanmu.” ucap Baekhyun.

Aku mengangguk-angguk paham.

“Aku akan mencari tahu di pikiran Hyerin. Tetap awasi Kyungsoo. Aku akan mencoba sebaik mungkin membantumu.”

“Lalu bagaimana denganmu? Chanyeol?”

“Sebenarnya… aku dapat sebuah masalah.” ucapku pelan.

“Mwo? Apa itu?”

Aku memandang Baekhyun. Ia tampak menungguku bicara.

“Aku tidak bisa membaca pikiran nya.”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩

Halloooooo XD Irish kembali membawa fanfiction baru (padahal yang lama belum end tapi udah debutin fanfict baru lagi, Rish) dan kembali dengan genre yang sama XD fantasy, aahh maaf sekali kalau banyak yang bosen ya sama genre ini, tapi kemampuanku memang buat bikin fanfict dengan genre ini T___T

Dan awalnya fanfict ini idenya muncul ketika aku lagi asik-asiknya baca Mitologi Yunani. Makhluk-makhluknya itu loh, keren-keren. Wkwkwk. Jadi aku terpikir menyelipkan mereka nantinya di sini XD hoho~~

Semoga kalian suka dengan cerita baru ini~~ XD

Salam XOXO, Irish.

Wanna play to my blog? Come here~