[Chapter 1] Hyun Brothers — BTD The Series (File 1)

HYUN BROTHERS
– BTD The Series –

File 1: Kasus kematian siswa dan siswi terbodoh di kelas satu di tempat yang sama dengan selang waktu 24 jam.

Tertuduh: Tidak ada. Tapi kami menduga kalau ini adalah kelakuan anggota geng Disaster yang sering membully korban di kelas.

Fakta-fakta: Menjelang ujian kenaikan kelas, siswa-siswi SMA Sekang berlomba-lomba memperbaiki nilai demi mendapatkan peringkat atas. Sehari sebelum ujian dimulai, Jungkook—siswa terbodoh di kelas satu—ditemukan tewas di depan gedung sekolah, tepat di bawah jendela lantai kelas satu dari ketinggian tiga lantai. Diduga korban bunuh diri dengan loncat dari jendela kelasnya di lantai tiga. Esok harinya, beberapa jam setelah ujian hari pertama dilaksanakan, Irene—siswi terbodoh kedua di kelas satu—ditemukan tewas di tempat yang sama dengan selang waktu 24 jam dari kematian Jungkook. Diduga korban bunuh diri dengan cara yang sama dengan korban sebelumnya. Beberapa hari sebelum kematian mereka, mereka dilecehkan oleh Park Jimin dan anggota geng Disaster yang lain gara-gara mereka mendapatkan peringkat paling rendah di kelas. Selain itu, mereka juga ditemukan sedang melakukan percobaan bunuh diri dengan menusuk-nusuk telapak tangan mereka dengan pisau hingga berdarah. Tapi kami menemukan kejanggalan pada kasus bunuh diri dan juga percobaan bunuh diri mereka. Mendapatkan peringkat rendah di kelas hingga menyerah atas ujian kenaikan kelas, melakukan percobaan bunuh diri dengan menusuk telapak tangannya sendiri menggunakan pisau untuk tidak mengikuti ujian kenaikan kelas, dan ditemukan tewas di tempat yang sama dengan selang waktu 24 jam pada hari sebelum dan sesudah ujian hari pertama dilaksanakan, tidak bisa membuktikan bahwa mereka benar-benar bunuh diri untuk menghindari ujian kenaikan kelas. Kami yakin, ini bukan bunuh diri, tapi ini pembunuhan yang direncanakan hingga terlihat seolah-olah mereka bunuh diri.

Misi kami: Membuktikan bahwa korban tidak bunuh diri dan menemukan pelaku yang sebenarnya.

Penyidik kasus,
BTD
Baekhyun, Taehyung, Daehyun

Starring by.
Baekhyun EXO, Taehyung BTS, Daehyun BAP

[Brothership, Tragedy, Mystery, Detective, School-life, Supranatural, AU]

PG-17 | Multichapter

Poster by LightlogyIndo Fanfictions Arts

Storyline by zulfhania

Terinspirasi dari Drama Korea (lupa judulnya)

Also posted in here

Previous. Prolog

FILE 1: (BUKAN) ROMEO DAN JULIET
(bagian satu)

Lima hari sebelum ujian kenaikan kelas…

Bus umum berwarna hijau itu berhenti tepat di depan halte. Tak jauh dari sana, SMA Sekang berdiri tegak menyapa siapapun yang baru saja turun dari bus. Seorang cowok bermata sipit dengan tangan yang memanggul tas ransel keluar dari dalam bus bersama teman-teman cowoknya yang mengekor di belakang. Mereka bergerak turun dengan gerakan angkuh. Beberapa cowok yang mengiringi langkah cowok bermata sipit itu mendorong beberapa siswa-siswi berseragam sekolah yang telah berani-beraninya menghalangi jalan mereka. Sikap sok penguasa mereka muncul di permukaan.

Taehyung, menjadi salah satu korban yang didorong oleh teman si cowok bermata sipit itu. Beruntung, Baekhyun yang berdiri di samping Taehyung segera menangkap tubuh adiknya yang sempat limbung. Sementara Daehyun yang berdiri di belakang Taehyung dan Baekhyun hanya menatap cowok yang mendorong Taehyung itu dengan tatapan tidak suka.

“Makanya minggir! Nggak lihat apa kalau kita mau lewat?!” bentak cowok yang mendorong Taehyung itu yang diketahui bernama Jongin.

Tidak terima adiknya dibentak oleh Jongin, Daehyun balas berteriak dengan nada ketus. “Santai dong, bro! Memangnya jalan ini punya bapakmu?! Tunjukkan padaku surat-suratnya kalau memang jalan ini punya bapakmu!”

Baekhyun mengelus pundak Daehyun dengan gerakan pelan, memberikan kesabaran pada adiknya itu. Efek yang diterima oleh Daehyun dari elusan kakaknya itu pun dapat meredakan emosi sesaat Daehyun. Namun tatapannya masih belum lepas dari cowok bermata sipit dan teman-temannya itu yang sudah melangkah lebih jauh di depan menuju gerbang sekolah.

“Benar-benar sok penguasa sekali geng Disaster itu! Masih bocah juga!” dengus Daehyun.

Taehyung hanya memperhatikan Daehyun dengan tatapan jahil. “Aku yang kena dorong, kenapa malah hyung yang marah? Aku jadi merasa terharu.”

Daehyun kembali mendengus, sementara Taehyung hanya tertawa jahil. Mata Daehyun kembali menangkap tangan Jongin yang mendorong beberapa siswa-siswi yang menghalangi jalan mereka. Bahkan salah satu siswa berkacamata sampai terjatuh ke tanah akibat didorong oleh Jongin.

“Makanya kalau jalan pakai mata! Mata sudah empat juga masih saja nggak bisa jalan dengan benar!” bentak Park Jimin, si cowok bermata sipit, pemimpin dari geng Disaster.

“Ma-maaf,” ucap siswa berkacamata terbata-bata dengan kepala tertunduk.

Taehyung yang memperhatikan kejadian itu hanya memandang miris ke arah siswa berkacamata. “Kenapa dia malah meminta maaf?” ujarnya.

“Dia teman sekelasmu, bukan?” tanya Baekhyun pada Taehyung.

Taehyung hanya mengangguk pelan, lalu menghampiri siswa berkacamata itu setelah para cowok geng Disaster berlalu pergi meninggalkan siswa itu yang terduduk di tanah sendirian. Taehyung mengulurkan tangan pada siswa itu hingga membuatnya berjengit kaget.

“Kalau kau terjatuh, seharusnya kau berdiri lagi, Jeon Jungkook,” kata Taehyung.

Jungkook tidak langsung merespon. Dengan tangan gemetar, ia meraih uluran tangan Taehyung dan dibantu berdiri oleh cowok itu. Baekhyun juga membantu Jungkook membersihkan debu pada seragam sekolahnya. Hanya Daehyun yang melirik ke arah Jungkook dengan lirikan tak peduli.

“Te-terimakasih,” ucap Jungkook dengan kepala tertunduk.

Taehyung dan Baekhyun tersenyum. Mereka merangkul pundak Jungkook, menepuknya pelan seakan memberikannya kekuatan, lalu menarik cowok berkacamata itu masuk ke dalam sekolah. Sementara cowok berkacamata yang lain, Daehyun, hanya mengekor langkah mereka bertiga dengan gerakan malas.

* * *

“Sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan dimulai,” ucap Guru Jung di muka kelas, diiringi dengan suara keluhan siswa-siswi kelas satu.

“Jangan mengeluh dan segera mulailah belajar.” Guru Jung lalu menoleh pada seorang siswa dan siswi yang duduk bersebelahan di meja barisan kedua. “Termasuk kalian berdua, Jeon Jungkook dan Bae Irene. Kalian harus belajar lebih giat untuk mendapatkan peringkat atas kalau kalian tidak ingin tetap tinggal di kelas satu pada semester depan.”

Tawa meledek sekaligus menghina datang dari barisan paling belakang. Seluruh siswa-siswi di dalam kelas, termasuk Taehyung, menolehkan kepala demi melihat Jimin dan teman-teman segengnya yang tertawa keras, menghina kedua siswa-siswi terbodoh di dalam kelasnya.

“Astaga, rupanya mereka berdua yang mendapatkan peringkat paling rendah di kelas,” celetuk Jongin sambil tertawa meledek.

“Benar-benar memalukan sekali memiliki teman sekelas seperti mereka berdua,” timpal Sehun, anggota dari geng Disaster yang lain.

Namun di antara ledekan teman-teman segengnya, ucapan Jimin-lah yang paling terdengar menghina. “Sungguh, aku berharap mereka tetap tinggal kelas saja. Mereka tidak pantas untuk naik ke kelas dua,” ucap cowok bermata sipit itu.

“Park Jimin! Oh Sehun! Kim Jongin! Hentikan!” lerai Guru Jung.

Namun, para anggota geng Disaster itu tidak mendengarkan dan malah semakin tertawa keras. Membuat kedua orang yang sedang mereka tertawakan menciut di bangkunya.

Jungkook mengepalkan kedua tangannya di atas paha dengan kepala tertunduk, berusaha keras menahan diri agar tidak terpengaruh dari cemooh-cemooh teman-teman sekelasnya itu. Di sebelahnya, Irene juga melakukan hal yang sama. Bahkan airmata pahit itu sudah terbentuk di kedua sudut matanya. Rasanya sakit sekali mendengar Jimin berkata demikian. Jungkook dan Irene kemudian saling menoleh satu sama lain, saling memberikan tatapan penuh luka pada sorot matanya.

* * *

Cowok bersurai cokelat pekat yang duduk di salah satu bangku kantin sedang menyedot minumannya ketika cowok berdagu lancip datang sambil membawa dua bungkus kentang goreng.

“Mana Daehyun hyung?” tanya Taehyung setelah mengambil posisi duduk di depan Baekhyun.

Baekhyun menelan minuman yang masih tersisa di mulut sebelum menjawab, “Tidak usah ditanya.”

Taehyung tersenyum miris. “Sudah kuduga. Itu sebabnya aku hanya membeli dua bungkus,” katanya sambil mengedikkan pandangan pada dua bungkus kentang goreng yang ia letakkan di atas meja.

Baekhyun tertawa. “Kau ini benar-benar,” ujarnya, lalu balas tersenyum pada beberapa siswa-siswi yang menyapanya sambil tersenyum sopan saat melewatinya. Maklum, idola sekolah.

By the way, bagaimana persiapanmu untuk ujian kenaikan kelas? Kau sudah siap tempur?” tanya Baekhyun.

Taehyung menjentikkan jari. “Keciil. Lima menit ujian dimulai palingan seluruh soal sudah selesai kukerjakan,” ucapnya dengan suara setengah bercanda.

Baekhyun mendengus lucu. “Dasar sombong.”

“Bercanda, hyung,” kata Taehyung sambil tertawa. “Oh iya, hyung, sepertinya aku akan pulang malam mulai hari ini hingga beberapa hari ke depan. Teman-teman di kelasku memintaku untuk menjadi guru privat mereka di kelas hingga ujian kenaikan kelas selesai. Kurasa mereka benar-benar membutuhkan bantuanku saat ini agar mereka bisa menghadapi ujian nanti,” kata Taehyung.

“Tidak apa-apa, Taehyung. Yang penting kau menggunakan waktumu dengan baik untuk membantu teman-temanmu. Hubungi saja aku atau Daehyun saat kau sudah selesai. Kami akan menjemputmu,” sahut Baekhyun.

Taehyung menghela napas pendek. “Sepertinya mulai hari ini hingga ujian selesai akan menjadi minggu yang padat untukku,” ujarnya.

Ketika Baekhyun dan Taehyung sedang menyemil kentang goreng, tiba-tiba saja seorang siswa dan siswi melangkah mendekati meja mereka dengan langkah ragu. Taehyung menoleh dan mengenali mereka sebagai Jungkook dan Irene, teman sekelasnya.

“Hei, Jungkook, Irene, sini duduk bersama kami,” kata Taehyung sambil menepuk bangku kosong di sebelahnya, menyambut kehadiran Jungkook dan Irene dengan mimik ceria.

Baekhyun pun melakukan hal yang sama, menepuk bangku kosong di sebelahnya, mempersilahkan dua teman adiknya untuk duduk bersama. Namun alih-alih menuruti tawaran Baekhyun dan Taehyung, Jungkook dan Irene malah saling sikut dengan tatapan takut-takut.

“Ada yang ingin kalian sampaikan pada kami?” tanya Baekhyun, sukes menebak apa yang hendak Jungkook dan Irene lakukan.

“Se-sebenernya kami ingin bicara dengan Taehyung, Baekhyun sunbae-nim,” kata Irene.

Taehyung mengangkat alis. “Aku?”

Irene mengangguk sebelum melanjutkan, “Kami berdua butuh bantuanmu.”

* * *

Suara langkah kaki terdengar memenuhi sepanjang koridor lantai empat. Pemilik kaki itu kemudian berbelok masuk ke dalam ruangan dimana disana dipenuhi dengan rak-rak buku yang berjejer. Seorang wanita yang berdiri di balik meja informasi di dalam ruangan hanya tersenyum saat melihat orang itu masuk ke dalam.

“Kau datang lagi, Daehyun,” ucap wanita itu.

Cowok berkacamata bernama Daehyun itu tidak menyahut ucapan si wanita. Ia hanya terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam, menghampiri rak barisan buku psikologi, mengambil salah satu buku dari sana, melangkah menuju bangku yang kosong dan mengambil posisi duduk disana, lalu menghabiskan waktu istirahat di dalam sana.

Ketika bel masuk berbunyi, Daehyun menutup bukunya. Ia beranjak bangun dari duduknya dan meletakkan kembali bukunya di posisi semula.

“Aku tahu kau senang membaca, Daehyun. Tapi kau harus tetap istirahat saat waktu istirahat sedang berlangsung. Kasihan matamu,” kata wanita itu ketika Daehyun hendak berjalan keluar perpustakaan.

Lagi-lagi Daehyun tak membalas ucapan si wanita itu. Ia hanya terus melangkahkan kakinya keluar dari perpustakaan. Sebelum benar-benar keluar dari perpustakaan, ia bertemu dengan seorang siswi berseragam sekolah yang sama dengannya masuk ke dalam perpustakaan dengan langkah terburu-buru dan langsung mendekati meja barisan komputer di sisi ruangan perpustakaan.

* * *

Empat hari sebelum ujian kenaikan kelas…

“Jungkook, hentikaaan!”

Taehyung yang baru saja tiba di kelas disambut oleh suara teriakan ngeri dari seorang siswi yang berdiri persis di sebelah meja Jungkook. Rupanya tak hanya seorang siswi yang berdiri disana, ada banyak siswa-siswi lainnya yang mengerubungi meja Jungkook, termasuk Irene.

“Jangan lakukan lagi, Jungkook. Hentikan!” kata Yeri, siswi tersebut dengan suara penuh kekhawatiran.

Merasa penasaran, Taehyung melangkah mendekat dan menerobos kerumunan tersebut. Ia tertegun begitu melihat Jungkook, yang duduk di tengah kerumunan, sedang menusuk-nusuk telapak tangan kirinya sendiri dengan menggunakan pisau hingga berdarah. Darahnya muncrat kemana-mana hingga ke seragamnya, ke mejanya, bahkan wajahnya, sebagian lagi menetes ke lantai.

“Jungkook, apa yang sedang kaulakukan?!” pekik Taehyung dengan wajah panik, lalu bergegas merebut pisau dari tangan Jungkook.

Namun yang terjadi selanjutnya malah membuat Taehyung melotot terkejut.

Pisau itu tidak berpindah ke tangan Taehyung sama sekali. Jungkook menahan pisau di tangannya dengan penuh kekuatan saat Taehyung hendak merebutnya. Bahkan ketika Taehyung ingin merebut kembali pisau dari tangan Jungkook, Jungkook malah mengerahkan tenaganya lebih kuat lagi untuk menarik pisaunya kembali hingga akhirnya terlepas sempurna dari tangan Taehyung, lalu dengan gerakan sigap ia mengacungkan ujung pisaunya pada Taehyung dengan mata melotot marah.

“Jangan mendekat!” teriak Jungkook dengan suara parau, terdengar memilukan hati.

Lantas beberapa siswa-siswi yang mengelilingi meja Jungkook segera berlari menghindar sambil berteriak ketakutan. Hanya Taehyung dan Irene yang tidak.

“Tidak usah pedulikan aku!” teriak Jungkook lagi.

“Bagaimana bisa aku tidak peduli ketika kau—”

“Diaaaaaam!” Jungkook membungkam ucapan Taehyung. Ia semakin mengacungkan pisau di tangannya ke arah Taehyung. “Jangan bicara lagi atau pisau ini akan melayang ke wajahmu!” ancamnya dengan suara bergetar ketakutan. Oh, bahkan tangannya yang memegang pisau yang teracung pada Taehyung pun juga sudah bergetar. Wajahnya tampak terlihat amat takut.

“Jungkook-ah,” Irene bersuara, mengalihkan perhatian Jungkook dari Taehyung pada Irene. “Aku tahu apa yang kaurasakan, tapi jangan lakukan. Kumohon.”

“Kau tidak tahu apa-apa!” teriak Jungkook.

“Aku tahu, Jungkook. Aku mengerti kenapa kau melakukan hal ini,” sahut Irene dengan suara pedih.

Dengan setengah tertawa miris, Jungkook kembali bertanya, “Kalau kau mengerti, kenapa kau tak melakukannya?”

Irene tidak menjawab.

“Kau benar-benar harus melakukannya, Irene. Hanya ini satu-satunya jalan agar kita dapat meraih peringkat atas dan juga naik kelas,” tambah Jungkook.

Taehyung hanya memandang Jungkook dan Irene bergantian dengan pandangan heran. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?

* * *

Tiga hari sebelum ujian kenaikan kelas…

Esok harinya, Irene datang ke kelas dengan telapak tangan kiri yang dibebat oleh perban. Sama persis seperti Jungkook.

* * *

Dua hari sebelum ujian kenaikan kelas…

“Jessica noona benar, Daehyun. Kau harus menggunakan waktu istirahatmu untuk istirahat, bukan untuk membaca. Kasihan matamu,” kata Baekhyun sambil melangkahkan kakinya menelusuri sepanjang koridor lantai empat. Ia baru saja menjemput Daehyun dari perpustakaan untuk ikut dengannya makan siang bersamanya dan Taehyung. Untungnya, Daehyun menuruti permintaannya.

Di sebelahnya, Daehyun tidak menyahut. Hanya terus melangkahkan kakinya berjalan beriringan bersama kakaknya.

“Kau ini pintar, Daehyun. Tanpa kau membaca seluruh isi bukunya pun kau tahu apa isi dari buku itu. Jadi kau tak perlu membuang waktumu untuk hal yang tak perlu.”

Hyung berisik,” ucap Daehyun akhirnya.

Baekhyun mendesak pendek. “Aku hanya memberi sedikit perhatian untuk adikku, Daehyun.”

Daehyun tidak menyahut.

BRAK!

“BAE IRENE!”

Langkah Baekhyun dan Daehyun tiba-tiba terhenti saat mendengar suara gebrakan meja yang diiringi dengan suara teriakan seorang cowok ketika mereka melewati sebuah ruangan di lantai empat. Sedetik kemudian mereka melihat pintu ruangan tersebut terbuka dan seorang cewek berambut panjang keluar dari dalam sana sambil menangis lalu berlari menjauh.

Baekhyun mengernyit begitu mengenali cewek yang sedang berlari menjauh sambil menangis itu. “Bukankah itu Irene?”

Daehyun melirik Baekhyun dengan kening berkerut. “Irene?”

“IRENE!”

Baekhyun dan Daehyun kembali menoleh begitu mendengar suara teriakan itu dan menemukan seorang cowok keluar dari dalam ruangan sambil berlari menyusul Irene. Kakak beradik Hyun itu sama-sama tertegun begitu mengenali cowok itu.

“Itu kan… Park Jimin?”

* * *

Sehari sebelum ujian kenaikan kelas…

“Taehyung, ajari aku soal nomor dua!”

“Taehyung, aku masih tidak mengerti bab yang ini.”

“Taehyung, kenapa jawabanku yang nomor lima berbeda dengan jawabanmu?”

“Taehyung!”

“Taehyung!”

Taehyung menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku sambil menghela napas panjang setelah teman-teman sekelasnya kembali ke bangkunya masing-masing. Ia benar-benar tidak menyangka kalau teman-teman sekelasnya akan sesemangat ini dalam menghadapi ujian kenaikan kelas yang akan dimulai esok hari. Lihat saja, meskipun hari ini adalah hari Minggu, teman-teman sekelasnya rela meluangkan waktunya untuk datang ke sekolah untuk belajar bersama. Untungnya Taehyung pintar, jadi dia tidak masalah harus mengajari teman-teman sekelasnya yang masih kebingungan tentang mata pelajaran.

Taehyung menoleh ke luar jendela begitu mendengar suara burung gagak. Malam sudah menjemput, tapi teman-teman sekelasnya masih betah untuk menekuni buku pelajarannya masing-masing. Benar-benar luar biasa!

“Teman-teman,” Taehyung berdiri dari duduknya, sukses membuat seluruh kepala di dalam kelas menoleh padanya. “Sudah hampir 8 jam lebih kita belajar dan rasanya suntuk sekali kalau kita tidak istirahat. Bagaimana kalau sekarang kita refreshing dulu sebelum melanjutkan belajar di rumah masing-masing?”

Taehyung mengusulkan bermain lempar-tangkap bola di lapangan indoor dan seisi kelas mengiyakan. Mereka pun berhamburan keluar kelas sambil membawa tasnya masing-masing.

Kecuali, Jungkook.

* * *

“Jinyoung, lempar bolanya ke arah sini!” teriak cewek berponi lurus.

Cowok berpostur tinggi itu melempar bola orange di tangannya ke arah Yeri, namun Taehyung dengan sigap menangkis bola tersebut hingga akhirnya bola tersebut menimpuk punggung Jimin.

“Jimin out!” teriak Taehyung dengan wajah tanpa dosa.

Jimin mengusap punggungnya yang kena timpuk bola sambil mendengus. Ia melirik Taehyung yang telah membuatnya out dari permainan dengan wajah sebal, lalu melangkah menuju pinggir lapangan dengan langkah lebar. Ia mengambil tas ranselnya yang tergeletak disana lalu keluar dari lapangan indoor. Melihat pemimpin geng mereka keluar dari lapangan indoor, anggota geng Disaster yang lain pun bergegas mengambil tas ranselnya masing-masing dan menyusul langkah Jimin keluar dari lapangan indoor.

“Hei, Park Jimin! Permainan belum selesai. Kau mau kemana?” teriak Taehyung.

“Kurasa dia ngambek karena sudah out,” celetuk Jaebum.

Taehyung hanya memandangi kepergian Jimin dengan pandangan kecewa. “Padahal ada teman-teman yang lain juga yang sudah out, tapi mereka tidak pulang duluan,” kata Taehyung, lalu mengedikkan bahu. “Ya sudahlah. Kalau begitu, kita lanjutkan saja permainannya!”

“Taehyung, aku pulang duluan ya. Ibuku sudah menelepon,” kata Yeri lalu berlari keluar lapangan.

Taehyung mengangguk. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh teman-temannya yang mulai kembali berdiri di lapangan, bersiap untuk memulai kembali permainan. Namun kemudian ia mengernyit begitu menyadari sesuatu.

“Kenapa dari tadi aku tidak melihat Jungkook? Dimana dia?”

Seakan menjawab pertanyaannya, suara jeritan Yeri kemudian terdengar dari luar gedung sekolah.

* * *

Daehyun menutup pintu taksi dengan cukup keras hingga membuat Baekhyun yang berdiri di samping taksi berjengit kaget.

“Tutuplah dengan pelan, Daehyun!” kata Baekhyun.

Daehyun tidak menyahut. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia berjalan mendekati Baekhyun. “Kenapa aku harus ikut dengan hyung kesini? Hyung kan bisa menjemput Taehyung sendiri tanpa bersamaku?”

“Lalu aku akan meninggalkanmu sendiri di rumah, begitu?” timpal Baekhyun, lalu menggeleng. “Tentu saja aku takkan membiarkan adikku tinggal sendiri di rumah, Daehyun.”

“Kalau begitu, hyung bisa menyuruh Taehyung untuk pulang sendiri.”

Baekhyun tersenyum. “Dan tentu saja aku juga takkan membiarkan adikku pulang sendirian pada malam hari, Daehyun.”

Daehyun membuang muka. “Hyung terlalu over-protektif.”

Baekhyun hanya tersenyum, lalu merangkul pundak Daehyun dan menyeretnya melangkah menuju gerbang sekolah. Namun baru saja beberapa langkah mereka memasuki gerbang sekolah, terdengar suara jeritan seorang cewek.

Baekhyun dan Daehyun saling pandang dengan pandangan bertanya sebelum akhirnya berlari menuju sumber suara. Ketika mereka tiba di depan gedung bertingkat lima, Taehyung dan teman-teman sekelasnya yang lain juga baru saja tiba disana dan langsung mendekati Yeri yang terduduk di aspal dengan wajah syok bercampur takut, tepat di sebelah seorang cowok yang terbaring dengan tubuh bersimbah darah dan mata terpejam.

“Ya Tuhan, Jeon Jungkook!” Teman-teman sekelas Taehyung menjerit tertahan saat mengenali siapa cowok yang terbaring itu.

“Yeri, kau tidak apa-apa?”

Sementara teman-teman sekelasnya yang lain menghampiri Yeri yang tampak syok, Baekhyun, Daehyun, dan Taehyung justru menghampiri tubuh Jungkook yang terbujur kaku di atas aspal. Tanpa merubah posisi tubuh Jungkook yang terbaring menelungkup menghadap aspal, Baekhyun berjongkok di sebelah Jungkook dan segera memeriksa denyut nadi cowok itu. Daehyun dan Taehyung yang berjongkok di sebelah Baekhyun menatap kakaknya dengan tatapan bertanya.

“Hubungi polisi dan ambulans. Cepat! Kondisinya kritis,” pinta Baekhyun pada Daehyun.

Daehyun mengangguk, lalu segera menyingkir dari kerumunan dan menelepon polisi dan ambulans dengan ponselnya.

“Suruh teman-temanmu untuk kembali ke kelas dan tenangkan mereka,” pinta Baekhyun pada Taehyung. “Kecuali Yeri, biarkan dia disini.”

Taehyung mengangguk, lalu segera menyuruh teman-teman sekelasnya untuk kembali ke kelas. Begitu Taehyung dan teman-teman sekelasnya masuk ke dalam, kecuali Yeri, Daehyun kembali menghampiri Baekhyun.

“Polisi dan ambulans dalam perjalanan,” kata Daehyun.

Baekhyun mengangguk. Setelah meminta Daehyun untuk memeriksa luka Jungkook, Baekhyun beralih pada Yeri dan menanyakan apa yang terjadi.

“Aku baru saja keluar dari gedung sekolah setelah bermain bola bersama teman-teman sekelasku di lapangan indoor. Lalu tiba-tiba saja ada sesuatu yang jatuh dari atas dan jatuh tepat di sebelahku. Dan ternyata yang jatuh itu adalah Jungkook dan aku langsung menjerit,” kata Yeri menjelaskan dengan suara yang masih terdengar syok.

“Jungkook jatuh dari atas?!” Baekhyun tampak terkejut.

Baekhyun menengadahkan kepalanya. Matanya memicing saat melihat satu-satunya jendela yang terbuka di ketinggian tiga lantai. Menduga sesuatu, ia kembali menoleh pada Yeri dengan tatapan bertanya.

“Sebelum kalian ke lapangan indoor, kalian ada dimana?”

“Kami berada di dalam kelas, belajar bersama.”

“Apakah Jungkook ada disana?”

Yeri mengangguk.

“Lalu, apakah Jungkook ikut bermain bola bersama kalian?”

Yeri menggeleng. “Sepertinya tidak. Aku sama sekali tidak melihatnya saat di lapangan tadi.”

“Kenapa dia tidak ikut bemain bersama kalian?”

Yeri kembali menggeleng. “Aku tidak tahu. Mungkin karena dia hanya ingin fokus belajar.”

“Fokus belajar?”

“Jungkook adalah siswa dengan peringkat paling rendah di kelas. Guru Jung bilang kalau dia akan tetap tinggal di kelas satu kalau dia tidak dapat menaikkan peringkatnya. Mungkin karena hal tersebut dia tidak ingin bermain bola bersama kami dan hanya ingin fokus belajar di kelas.”

Baekhyun kembali menengadahkan kepalanya memandang jendela yang terbuka di ketinggian tiga lantai. “Apakah kelasmu berada di lantai tiga?”

Yeri mengangguk.

“Jendela yang terbuka itu adalah jendela kelasmu, bukan?”

Yeri menengadahkan kepala, memperhatikan satu-satunya jendela yang terbuka di ketinggian tiga lantai, lalu kembali mengangguk. “Ya, itu kelasku.”

“Baekhyun hyung, nadi leher Jungkook sudah tidak berdenyut!” Tiba-tiba saja Daehyun bersuara.

Baekhyun menoleh pada Daehyun yang sedang memeriksa denyut nadi leher Jungkook. Ia melirik jam kecil pada pergelangan tangannya. Pukul tujuh malam.

“Napasnya juga berhenti,” tambah Daehyun saat memeriksa pernapasan Jungkook.

Baekhyun kembali mendekati Jungkook, menyentuh leher cowok itu, dan memeriksa denyut nadinya dan pernapasannya. Daehyun benar, nadinya sudah tak lagi berdenyut dan napasnya sudah berhenti. Jungkook sempurna pergi.

Polisi dan ambulans datang tiga menit kemudian. Baekhyun, Daehyun, dan Yeri melangkah mundur, membiarkan para polisi yang menangani tubuh tak bernyawa Jungkook hingga akhirnya ambulans membawanya pergi ke rumah sakit.

“Sepertinya Jungkook bunuh diri dengan loncat dari lantai tiga,” sahut Yeri setelah Jungkook dibawa pergi.

Baekhyun dan Daehyun menoleh padanya.

“Kenapa kau bisa berpikir begitu?” tanya Baekhyun.

“Dia pernah melakukan aksi percobaan bunuh diri sebelumnya. Sunbae lihat telapak tangan kirinya yang dibebat oleh perban? Itu adalah ulahnya. Dia sendiri yang menusuknya dengan pisau berkali-kali beberapa hari yang lalu. Sepertinya dia ingin menghindari ujian kenaikan kelas. Kali ini dia pasti juga mencoba bunuh diri lagi dengan loncat dari lantai tiga agar tidak ikut ujian besok pagi.”

Awalnya Baekhyun juga menduga kalau Jungkook nekat loncat dari lantai tiga. Tapi entah kenapa Baekhyun tidak berpikir kalau alasan Jungkook bunuh diri adalah karena hal tersebut. Ia merasa masalah ini tidak semudah itu.

—tbc

 Jangan lupa RCL yooo~

22 Comments Add yours

  1. KaaiRaas says:

    First?/ eiiiii… Ini keren banget cobaa… jarang2 ada cerita kayak gini… bahasanya bagus bangeett.. walaupun gak sepenuhnya baku, tapi tetep enak dibaca. Aku penasaran ada dalang tidakkah yang ada di antara kematian- Ahhh tragis banget yang mati si kookiessss… Apa mungkin jimin dan gang disasternya yang terpaksa Out karna kalah main? Atau someone ? Ini benar benar bikin penasaraaann. Ditunggu lanjutannya Zhulfaniaa.. Keep Writing.
    Salam kenal, Kaairaas

    Like

    1. zulfhania says:

      Yaampun hihi makasiiiih :3 iya nih lagi pengen anti mainstream, ini juga masih coba coba bikin ff genre kayak gini wkwk~
      Jujur, aku juga gak tega Jungkook diginiin :”( tapi demi kelancaran cerita, aku terpaksa melakukannya haha~ Okee, makasih banyak yaa Kaairaas 🙂 salam kenal juga ^^

      Like

      1. KaaiRaas says:

        Btw, Line brp zul(?)?

        Like

      2. zulfhania says:

        96line 🙂 kamu line berapa?

        Like

      3. KaaiRaas says:

        Waaahhh.. Ternyata Eonni. Aku 00L. Hihiihii…

        Like

      4. zulfhania says:

        Hihihi iyaa, wah kamu seumuran sama adekku 🙂

        Like

      5. KaaiRaas says:

        Waaahhh… beneran kak? Jadi author jg gk? Kok jadi Ngobrol disini ya?sorry for spam

        Like

      6. zulfhania says:

        Haha engga kok, adikku cowok, gak seneng K-pop dia mah hehe..
        Okey, no prob 🙂

        Like

      7. KaaiRaas says:

        Oh cowok toh.. kirain. Salam kenal ya kaka.. ditunggu Ffnyaaa

        Like

      8. zulfhania says:

        Hehe oke, siaaap! Salam kenal juga 🙂

        Like

  2. aput says:

    lanjut.. ini keren suka cerita tentang mistery gini

    Like

    1. zulfhania says:

      Siaaaap! Ditunggu aja yaa, makasiiiih 😀

      Like

  3. Farah says:

    Eiii ini keren abisss…. bener dehh buaguss… jadi penasaran sama kelanjutannya. Keep writing yaaaa semangaattt

    Like

    1. zulfhania says:

      Makasih banyak yaaa 🙂 Sipsip! ^^

      Like

  4. kaylafarras says:

    Berasa baca novel best seller…. Tata bahasanya bagus banget dan alir cirata jelas + ceritanya bukan tentang anak sekolahan yang jatuh cinta dan alay gituu… Singkatnya ff ini the best lah yaa

    Like

    1. kaylafarras says:

      Maksudku alur cerita.
      Hehehe sorry typo

      Like

      1. zulfhania says:

        Duh, novel best seller tuh terlalu tinggi :” hehe tapi makasih banyak yaa :”)

        Like

  5. Kenapa lu tega nistain suami kedua gue jungkook. Apa salah dia thor!!😢. Tapi ak suka ff genre kaya gini anti mainstream. Daebak 👍. Aku padamu lah thor. Walaupun dikau menistakan my second bias. Read: jungkook. #Yang pertama tentu si bacon. Aku rapopo thor. Next ne penasaran. Keep writting and fighting 👊

    Like

  6. ksh.ong95 says:

    Suka, soalnya ada bau-bau drama ghost (phantom) yang eps berapa gituu -,-
    Keep writing, and ill be waiting you ^^

    Like

  7. aput says:

    kapan dilanjutin ini ceritanya??

    Like

  8. aput says:

    ya? kapan dilanjutinya ini udah mau akhir tahun tapi belum dilanjutin lanjutin juga

    Like

    1. zulfhania says:

      yaampun maapin banget yaa low respon, aku masih sibuk kegiatan kampus sampe akhir tahun ini, mungkin baru bakal kulanjutin setelah uas, atau pas lagi liburan bulan januari nanti. maaf yaa kalo buat nunggu terlalu lama._. kesibukan real life mengganggu kelanjutan fanfic ini :”

      Like

Leave a comment