THREE DAYS – SLICE #1

Author : IRISH

Tittle : Three Days

Main Cast : EXO’s Byun Baekhyun, OC’s Lee Sunhee

Genre : Romance, Fantasy

Supported : EXO Members, Xi Luhan, Lee Jieun, A-Pink’s Jung Eunji

Rate :  PG 17+

Disclaimer : This story is entirely fantasy and created by Irish. Any resemblance to real persons or organization appearing in this story is purely coincidental. EXO Members belong to their real-life, and OC’s belong to their appearance.

“Hanya karena dia sudah berbuat jahat padaku bukan berarti aku tak boleh mencintainya bukan?”—Lee Sunhee

Previous Chapter

Prologue

   ██║♫♪│█║♪♫║▌♫♪│█║♪♫║▌♫♪║██

In Sunhee’s Eyes..

Aku belum berniat untuk pergi ke Jeollado dan menemui keluargaku, aku tidak ingin. Entah karena alasan apa. Kurasa aku bisa mengingat beberapa hal jika aku ada di Seoul. Walaupun tempat ini seluruhnya terasa asing bagiku.

Dan sudah seminggu ini aku menghabiskan waktuku diapertemen kecil—mereka bilang bahwa aku tinggal disini sebelumnya, tapi tempat ini seluruhnya benar-benar membuatku bingung—diujung sebuah jalan besar dipinggiran kota Seoul.

Apertemen kecil milikku penuh dengan pahatan-pahatan tanah liat, kurasa aku sebelumnya suka melakukan hal ini. Dan secara keseluruhan, kacau. Itulah kenapa aku membencinya.

Apa aku hidup dengan seberantakan ini sebelumnya? Entahlah.

Jadi, seminggu ini aku menghabiskan waktuku untuk membereskan apertemen sempit ini, dan berusaha mengingat sedikit demi sedikit.

Aku menatap pahatan-pahatan berbentuk patung-patung mungil diatas meja besar di tengah apertemenku, dan menyentuhnya dengan hati-hati. Apa aku akan ingat cara membuat semua ini?

Aku duduk dikursi kayu yang ada disana, menatap tanah liat kering yang sudah mengeras karena tak tersentuh entah berapa lama, kurasa sejak aku kecelakaan, dan tanpa sadar aku melangkahkan kakiku ke dapur, seolah aku bisa menemukan sesuatu disana, dan benar saja, aku menemukan sebuah kuali besar, didalamnya, terdapat tanah liat yang sudah mengering.

Aku menyalakan tungku besi dibawah kuali itu, dan api menyala cukup besar. Aku menatap tanah liat di dalam kuali itu, apa Ia akan bisa mencair?

Tanganku malah bergerak melawan keinginanku, aku mengambil selang yang ada didekat sana, dan mengalirkan air ke dalam kuali itu.

Ya, kurasa otakku mungkin bisa saja lupa tentang kehidupanku, tapi sepertinya tubuh ini ingat dengan jelas tentang siapa aku.

██║♫♪│█║♪♫║▌♫♪│█║♪♫║▌♫♪║██

Aku berusaha menjalani hidupku seperti biasanya, walaupun aku harus berusaha keras untuk mengingat semuanya, aku benar-benar melupakan semua orang yang tinggal diapertemen yang sama denganku.

Tapi aku ingat sebagian besar yang lain. Aku ingat jalan yang selalu kutempuh saat aku akan pergi ke Kyungri, aku juga ingat tempat duduk di cafetaria yang biasa ku tempati.

Tapi kurasa kembali ke Kyungri adalah hal terburuk yang sudah kulakukan.

Aku tak pernah ingat mereka begitu membenciku, dan tidak suka melihat aku kembali ke stempat ini.

“Kau masih hidup? Kukira kau sudah mati.”

“Heran sekali kau masih punya keberanian datang ke sekolah ini lagi. Kau seharusnya sudah mati.”

“Kau sudah membunuh teman-temanmu. Dan sekarang apa yang kau lakukan disini?”

“Kau tidak merasa berdosa setelah membuat dua orang mati?”

Aku tidak mengerti. Dan tidak mengingat apa yang mereka bicarakan. Aku terlalu takut dan kebingungan untuk berani bertanya pada mereka. Aku sungguh takut.

Jadi selama hampir dua bulan ini aku mengurung diriku diapertemen, tidak berani keluar kemanapun karena aku tak ingin menemui siapapun. Bahkan orang-orang yang tinggal diapertemen yang sama denganku pun bersikap memusuhiku.

Aku takut. Aku takut melihat orang-orang diluar yang menatapku tak senang. Aku bahkan takut mendengar suara mereka. Aku begitu takut, karena kurasa aku melupakan sesuatu yang sangat penting.

Suatu hari, aku begitu ketakutan sampai aku tak berani keluar dari apertemen saat aku mengalami mimpi buruk.

Didalam mimpiku, aku melihat seseorang mati dihadapanku, dan aku berlari, aku berlari sangat kencang sampai aku sendiri tak sadar dan akhirnya aku melihat seorang namja berdiri dihadapanku. Aku tak bisa melihat wajahnya. Tapi Ia melangkah mendekatiku.

Aku berlari lagi. Tapi namja itu mengejarku. Ia terus mengejarku sampai aku melompat dari sebuah gedung tinggi.

Aku.. aku melompat. Apa aku bunuh diri didalam mimpiku?

Aku tidak yakin apa itu kenangan, ingatanku, atau hanya sebuah mimpi.

Ditengah malam, dengan ragu aku menyalakan ponselku, dan menelpon psikolog yang membantuku beberapa bulan lalu.

“Yeoboseyo?”

“Ssaem.. Tolong aku..”

 ██║♫♪│█║♪♫║▌♫♪│█║♪♫║▌♫♪║██

In Author’s Eyes..

Disebuah rumah besar, tampak beberapa orang namja dan yeoja duduk disofa berbentuk melingkar ditengah ruangan itu, sementara disebuah kursi besar, seorang namja duduk menopang dagunya.

“Jadi, kekacauan apa lagi hari ini?”

Salah seorang yeoja disana menghembuskan nafas kesal.

“Dia lagi-lagi membuat masalah.”

“Baekhyun?”, tanya namja itu

Sementara seorang namja yang duduk disudut sofa itu tertunduk.

“Dia selalu membuat masalah.”, tambah salah seorang yeoja

“Oh ayolah, apa Ia salah karena Ia menggambar dimejanya sendiri?”, seorang namja jangkung berucap kesal

“Dia jelas salah Chanyeol. Kelakuannya seperti anak dibawah umur.”

“Eunji!”, namja yang sedari tadi menopang dagunya itu berucap cukup keras

“Ini keterlaluan. Dia mempermalukan kita semua!”, ucap yeoja bernama Eunji itu

“Baekhyun, apa benar kau menggambar dimeja sekolah?”, tanya namja itu

Namja berkulit pucat yang tertunduk dan diam itu mengangguk pelan.

“Aku merindukan sekolah lamaku..”, ucapnya pelan

“Appa, ini sudah kelewat batas. Dia jelas aneh dan cacat. Tidak seharusnya Ia ada disekolah yang sama dengan kita.”, ucap seorang yeoja lain

“Tutup mulutmu Lee Jieun!”, namja jangkung bernama Chanyeol itu berucap

“Jieun benar Chanyeol-ah. Lebih baik kalau Baekhyun tidak pergi ke sekolah.”

“Kyungsoo!”

“Cukup Chanyeol.”, potong seseorang

“Oh, Xi Luhan kau pasti bercanda.”, ucap namja bernama Chanyeol itu sambil berdecak kesal.

“Kau barusan memanggilku apa?”, namja itu berucap berang

“Apa yang salah? Aku salah karena tidak memanggilmu Appa? Lalu bagaimana dengan Baekhyun? Ia salah hanya karena menggambar? Tidakkah itu lucu? Kita semua tau sebelum ini di Seoul dia sudah mengambil jurusan seni rupa bukan?”

“Cukup. Baekhyun, sebaiknya kau—”

PIP. PIP. PIP.

Namja bernama Luhan itu terhenti, dan menatap ke arah ponselnya, satu isyarat ringan dari jemari namja itu membuat telepon masuk itu terangkat.

“Yeoboseyo?”, ucapnya, sedikit kesal juga karena seseorang dengan tidak tau diri menelponnya dini hari.

“Ssaem.. Tolong aku..”, Luhan tersentak saat mendengar suara bergetar hebat dan isakan tangis diseberang.

“Siapa ini?”, tanya Luhan terkejut, Ia melirik layar ponselnya, dan memang nomor ponsel penelpon itu tak ada di daftar kontaknya.

“Lee Sunhee..”

Ingatan Luhan langsung tertuju pada yeoja berpostur mungil yang beberapa bulan lalu sadar dari koma selama satu tahunnya. Dan terbangun karena tak mengingat apapun.

“Astaga, Sunhee? Ada masalah apa?”, ucap Luhan, perhatian namja itu kini tertuju pada yeoja yang menelponnya.

“Aku takut.. Ssaem.. Kenapa semua orang membenciku disini?”

Luhan menyernyit.

“Apa maksudmu?”

“Aku takut.. Aku sangat takut melihat mereka.. Orang-orang disini menakutkan.. Aku tidak berani keluar dari apertemenku..”

“Tenangkan dirimu Sunhee, apa yang membuatmu takut? Orang-orang disana?”

“Ya.. Anak-anak di Kyungri tidak suka melihatku.. Orang-orang diapertemen bicara tentangku.. Ssaem.. Tolong aku..”

Luhan menghembuskan nafas panjang, dan memejamkan matanya.

“Aku tidak lagi bekerja di Rumah Sakit Seoul Sunhee-ah. Kau bisa datang ke rumah sakit besok dan menghubungi Pskiatri.”

“Shireo.. Aku takut..”

“Kau tidak boleh takut, kapan terakhir kali kau keluar apertemen?”, tanya Luhan

“Aku tidak ingat.. Kurasa.. Hampir dua bulan lalu..”

“Hah. Dia pasti penderita Agoraphobia.”, Eunji berucap ringan sambil melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara tatapan mata Luhan mengikuti yeoja itu, terpikir pada ucapan Eunji.

“Apa kau mau ke Jeollado dan menemui keluargamu disini?”

Beberapa saat yeoja diseberang itu terdiam.

“Nde.. Aku rasa aku akan ke Jeollado..”

“Aku bekerja di Jeollado sekarang. Jadi kau bisa menemuiku saat sampai di Jeollado. Ambillah kereta malam jadi tidak akan ada banyak orang, tapi berhati-hatilah, mengerti?”

“Nde.. Gomapseumnida Ssaem..”

“Ya Sunhee..”

Yeoja itu kemudian memutuskan teleponnya.

“Baekhyun,”, ucap Luhan kemudian, namja bernama Baekhyun itu mendongak, menatap diam.

“Lee Sunhee..”

Luhan memejamkan matanya.

“Benar, ini Sunhee.”

“Lee Sunhee..”

۩۞۩▬▬▬▬▬▬ε(• -̮ •)з To Be Continued ε(• -̮ •)з ▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩